RIAU24.COM - Seorang pejabat Hamas mengatakan pada hari Minggu (5 Januari) bahwa kelompok militan Palestina siap untuk membebaskan 34 sandera dalam fase pertama dari kesepakatan pertukaran tahanan potensial dengan Israel.
Pernyataan itu menyusul konfirmasi Israel bahwa pembicaraan tidak langsung yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah dilanjutkan di Doha untuk menegosiasikan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Pejabat Hamas, yang berbicara secara anonim, mengungkapkan bahwa fase pertama perjanjian akan melibatkan pembebasan wanita, anak-anak, orang tua dan orang sakit dari antara para sandera.
"Hamas telah setuju untuk membebaskan 34 tahanan Israel dari daftar yang disajikan oleh Israel sebagai bagian dari fase pertama kesepakatan pertukaran tahanan," kata pejabat tersebut.
Namun, kelompok itu menyatakan akan membutuhkan ketenangan selama seminggu untuk menentukan kondisi para tawanan, ‘hidup atau mati’.
"Hamas telah setuju untuk membebaskan 34 tahanan, apakah hidup atau mati," kata pejabat itu.
"Namun, kelompok ini membutuhkan ketenangan selama seminggu untuk berkomunikasi dengan para penculik dan mengidentifikasi mereka yang masih hidup dan mereka yang mati," tambahnya.
Menurut militer Israel, 34 sandera, di antara 96 yang masih ditahan di Gaza, diperkirakan tewas.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengindikasikan bahwa Hamas belum memberikan daftar sandera untuk pembebasan potensial.
Sementara itu di Israel, Menteri Pertahanan Israel Katz meyakinkan kerabat sandera pada hari Sabtu bahwa upaya sedang dilakukan untuk membebaskan para sandera, terutama delegasi Israel yang berangkat kemarin (Jumat) untuk negosiasi di Qatar.
Serangan 7 Oktober dan korban hingga saat ini
Konflik dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel, yang mengakibatkan 1.208 korban jiwa, sebagian besar warga sipil.
Kampanye militer pembalasan Israel sejak itu telah menewaskan 45.805 orang di Gaza, dengan mayoritas dilaporkan sebagai warga sipil, menurut kementerian kesehatan Gaza dan PBB.
(***)