RIAU24.COM - Pengamat politik, Rocky Gerung melihat, wacana yang dimunculkan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) merupakan buah dari tindakan politik yang selama ini dilakukan Presiden ke-7 Joko Widodo alias Jokowi sendiri.
"Bahwa Jokowi itu sebetulnya dari awal itu dihidupkan oleh pemujaan. Jadi beliau tidak sadar dipuji dan dipuja melambungkan seluruh pencitraan dan akhirnya jatuh, tersungkur," ujarnya dikutip dari rmol.id, Rabu 8 Januari 2025.
Nominasi OCCRP terhadap Jokowi sebagai salah satu tokoh terkorup dunia, secara tidak langsung menunjukkan fenomena Paradoks Efek Pygmalion.
Menurutnya, paradoks efek pygmalion adalah sebuah ekspektasi yang tinggi terhadap orang lain akan menghasilkan hasil yang lebih baik, tetapi kemungkinan besar justru akan mengecewakan.
"Jadi dulu ada seorang pematung, dia buat patung yang sangat cantik, akhirnya dia jatuh cinta pada patung itu. Begitu juga para pemuja yang memuja-muja patung yang kemudian diruntuhkan oleh sistem internasional," sebutnya.
Biaya yang dihabiskan Jokowi untuk membentuk citra positif di masyarakat runtuh seketika karena isu dari OCCRP.
"Dan itu yang memungkinkan kita lihat bagaimana lembaga-lembaga survei itu sebetulnya dari awal adalah para pembisik Jokowi dengan motif yang membusukkan beliau," sebutnya.
Dia pun menilai Jokowi telah menuai hasil dari yang dilakukannya selama berpolitik hingga sampai ke puncak kariernya sebagai Presiden ke-7 RI.