RIAU24.COM - Pengamat sosial dan politik Adian Radiatus menilai laporan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang memasukkan nama Presiden ke-7 Joko Widodo alias Jokowi sebagai tokoh kejahatan terorganisasi dan korupsi 2024 semakin mencoreng muka mantan Gubernur Jakarta tersebut.
"Jokowi barangkali berupaya menegakan benang basah citra dirinya pasca isu OCCRP ditengah upaya pemerintahan baru melakukan perbaikan ekonomi," ujarnya dikutip dari rmol.id, Senin 6 Januari 2024.
Hal tersebut diperparah dengan semakin aktif di media sosial dan dalam berbagai kegiatan publik.
Hal ini seolah menunjukkan bahwa dirinya masih relevan dalam dinamika politik Indonesia.
Padahal, langkah itu tidak akan berhasil, mengingat fokus pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto adalah memperbaiki ekonomi dan merestorasi kepercayaan publik yang sempat terkikis.
"Krisis kepercayaan politik dari 'Jokowi effect' di mana berita dipecat secara tidak hormat oleh Partainya ditambah rilis OCCRP menjadi noda paling memalukan bagi pejabat setingkat presiden di seluruh dunia," sebutnya.
Sebelum hal ini, Jokowi dianggap gagal mempertahankan hubungan harmonis dengan PDIP, bahkan sampai dipecat dengan alasan pelanggaran berat.
Termasuk tuduhan intervensi terhadap Mahkamah Konstitusi.
