Bisakah Umat Manusia Pindah ke Planet Bercincin Saturnus?

R24/ame
ilustrasi
ilustrasi

RIAU24.COM - Para ilmuwan percaya bahwa planet-planet muncul melalui proses yang disebut akresi, di mana batu, gas, dan partikel es secara bertahap menyatu melalui gaya gravitasi. 
Baca Juga: Adili Jokowi Makin Marak, Iwan Fals: Emang Dia Salahnya Apa Sih?
Sebagai salah satu planet Jovian, yang terlalu jauh dari matahari untuk mendapatkan manfaat dari pengaruh pemanasannya, Saturnus tidak pernah berbatu.

Saturnus adalah planet terbesar kedua di tata surya. Saturnus hanya punya sedikit air di atmosfernya, dan ini terikat di dalam awan di bagian atas atmosfer.

Baca Juga: 5 Manfaat Pare Bagi Kesehatan, Efeknya Nggak Kaleng-kaleng
Suhu permukaan rata-rata Saturnus adalah -288º Fahrenheit. Sangat sedikit cahaya Matahari yang mengenai Saturnus, dibandingkan dengan Bumi

Suhu awan Saturnus kira-kira negatif 150 derajat Celcius (negatif 238 derajat Fahrenheit), tapi suhunya meningkat bila kita turun di atmosfer. 

Rendahnya tingkat air dan tekanan besar di Saturnus tidak memungkinkan kehidupan ada di dalam planet itu sendiri.

Saturnus tidak dapat mendukung kehidupan karena planet ini adalah gas raksasa. Ia tidak memiliki permukaan padat karena hanya terdiri dari gas (hidrogen dan helium).

Kurangnya molekul organik kompleks membuat kehidupan di atmosfer Saturnus tidak mungkin terjadi.

 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak