RIAU24.COM -Data korban jiwa terkini di Sumatera Utara (Sumut) akibat bencana alam banjir dan longsor mencapai 34 orang.
Bencana alam yang terjadi sejak 24 November hingga 26 November ini juga mencatat 52 orang lainnya masih hilang, 11 orang luka berat, dan 77 orang luka ringan.
Jumlah korban tersebut didapatkan dari hasil pengumpulan Polres-polres daerah yang ada di lokasi.
Adapun, data-data korban ini merupakan data sementara dari 12 Kabupaten/Kota terdampak bencana, tetapi belum termasuk dari Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Ferry Walintukan, mengatakan bahwa korban terbanyak dari kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), yakni sebanyak 17 orang tewas.
Kemudian, terbanyak kedua adalah Kota Sibolga dengan jumlah 8 orang meninggal dunia.
"Data sementara korban jiwa 54 orang. Kabupaten Tapanuli Selatan 17 orang," kata Ferry, Kamis (27/10/2025), dikutip dari Tribun-Medan.com.
Akibat bencana alam ini, sebanyak 1.168 warga mengungsi ke tenda darurat dan berbagai tempat.
"Pengungsi 1.168 orang," kata Ferry.
Sampai saat ini, polisi dan tim gabungan masih berada di lokasi untuk mengevakuasi korban hingga membersihkan material.
Polda Sumut diketahui telah mengerahkan 1.030 personel untuk membantu menangani bencana alam banjir dan longsor tersebut.
"Kami melanjutkan pencarian bersama BPBD/stakeholder kepada korban yang belum ditemukan. Melaksanakan koordinasi dengan Pemda setempat untuk menyediakan tempat pengungsian bagi warga terdampak bencana alam," papar Ferry.
Walhi Sumut Duga Ada Kerusakan Hutan Hingga Sebabkan Bencana
Terkait bencana alam yang terjadi di Sumut ini, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumut menyampaikan, hujan bukan jadi faktor utama penyebab banjir.
Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Sumut, Jaka Kelana Damanik, mengatakan penyebab terjadinya banjir dan longsor di sejumlah daerah tersebut, diduga karena adanya kerusakan ekosistem hutan Batang Toru, sehingga memicu banjir besar.
"Sebaliknya, fakta di lapangan menunjukkan adanya campur tangan manusia yang signifikan. Padahal saat banjir tiba, terlihat banyak kayu-kayu terbawa air dan jika dilihat dari citra satelit, tampak kondisi hutan yang gundul di sekitar lokasi bencana," kata Jaka, Rabu (26/11/2025), dikutip dari Tribun-Medan.com.
Mengenai hal ini, Walhi Sumut telah berulang kali menyuarakan pentingnya perhatian penuh terhadap ekosistem Batang Toru yang disebut sebagai hutan tropis terakhir di Sumut.
(***)