RIAU24.COM - Sehari setelah operasi polisi paling mematikan dalam sejarah Brasil, pihak berwenang masih mengungkap detail penggerebekan yang bertujuan membongkar salah satu kartel narkoba paling berbahaya di Rio de Janeiro.
Jumlah korban resmi mencapai 119 orang, termasuk empat petugas polisi, setelah operasi besar-besaran terhadap Comando Vermelho, geng narkoba kuat yang bercokol di favela-favela kota.
Berikut informasi yang kami peroleh tentang penggerebekan tersebut:
Menargetkan Comando Vermelho
Dijuluki Operasi Penahanan, misi tersebut difokuskan untuk melumpuhkan Komando Merah (Comando Vermelho), faksi kriminal tertua dan paling berpengaruh di Brasil.
Dengan kekuatan yang meningkat pesat, geng tersebut menguasai sebagian besar wilayah metropolitan Rio, termasuk layanan vital seperti listrik, internet, dan transportasi, di samping operasi perdagangan narkoba yang ekstensif.
Sekitar 2.500 petugas, yang didukung oleh kendaraan militer, helikopter, dan drone, menyerbu dua favela utama—Alemao dan Penha—yang menjadi basis geng tersebut.
Korban dan penangkapan
Laporan resmi mengonfirmasi 119 kematian, meskipun beberapa sumber, termasuk kantor pembela umum, melaporkan 132 kematian.
Pihak berwenang juga mengonfirmasi 113 penangkapan, termasuk 10 anak di bawah umur, dan penyitaan 91 senapan laras panjang.
Sejumlah besar narkoba juga disita, meskipun rinciannya belum diungkapkan.
Operasi pemecahan rekor
Operasi ini kini menyandang predikat sebagai penggerebekan polisi paling mematikan di Brasil, melampaui pembantaian penjara Carandiru yang terkenal pada tahun 1992 yang menewaskan 111 orang.
Penggerebekan polisi sebelumnya di Rio pada tahun 2021 dan 2022, masing-masing di Jacarezinho dan Vila Cruzeiro, juga mengakibatkan korban jiwa yang signifikan, tetapi tidak seberapa dibandingkan dengan operasi terbaru ini.
Ketegangan politik dan kurangnya koordinasi
Operasi tersebut dikoordinasikan sepenuhnya oleh pemerintah negara bagian Rio, dipimpin oleh Gubernur konservatif Claudio Castro, seorang pendukung mantan presiden Jair Bolsonaro.
Para pejabat federal, termasuk Menteri Kehakiman Ricardo Lewandowski, mengklarifikasi bahwa pemerintah federal tidak mengetahui misi tersebut sebelumnya.
Penggerebekan terjadi di tengah retorika panas seputar perdagangan narkoba.
Pekan lalu, Presiden Luiz Inácio Lula da Silva memicu kontroversi dengan pernyataannya di Indonesia, yang menyatakan bahwa pengedar narkoba juga merupakan korban dari pengguna narkoba.
Ia kemudian mengklarifikasi pernyataannya, menegaskan kembali komitmen Brasil untuk memerangi kejahatan terorganisir.
Pertanyaan yang masih belum terjawab
Identitas mereka yang tewas masih belum jelas, dan banyak pertanyaan mengenai peran mereka dalam struktur geng tersebut.
Media Brasil melaporkan penangkapan Thiago do Nascimento Mendes, yang diduga seorang letnan senior dalam geng tersebut, tetapi tidak diketahui seberapa tinggi pangkat sebagian besar dari mereka yang ditahan atau dibunuh.
Di tengah tuduhan warga bahwa polisi mungkin telah melakukan pembunuhan di luar hukum, kejaksaan Brasil telah menyerukan penyelidikan menyeluruh atas peristiwa tersebut.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres juga mendesak penyelidikan segera atas penggerebekan tersebut.
(***)