Apakah Pasar Saham AS akan Anjlok? Indikator Warren Buffett Mengatakan Hal Ini

R24/tya
Gambar representatif / Wikicommons
Gambar representatif / Wikicommons

RIAU24.COM - Seiring pasar global terus mendekati rekor tertinggi, sebuah pertanyaan yang tak asing lagi muncul di benak para investor: Berapa lama masa-masa indah ini bisa bertahan?

Sejarah menunjukkan bahwa apa pun yang naik bisa, dan seringkali, turun.

Dengan indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq Composite diperdagangkan pada atau mendekati rekor tertinggi sepanjang masa, kekhawatiran meningkat bahwa koreksi atau yang lebih buruk, kejatuhan mungkin akan terjadi pada tahun 2026.

Di tengah kecemasan ini terdapat dua metrik valuasi paling dihormati dalam sejarah keuangan: ‘Indikator Buffett’ dari Warren Buffett dan ‘Rasio CAPE’ dari ekonom Robert Shiller.

Keduanya sebelumnya telah memberikan sinyal penurunan yang akan datang dengan akurasi yang luar biasa, dan keduanya kembali menunjukkan tanda-tanda positif.

Tanda Peringatan Warren Buffett: Rasio Kapitalisasi Pasar terhadap PDB

Lebih dari dua dekade lalu, investor legendaris Warren Buffett menyebut rasio total kapitalisasi pasar saham terhadap produk nasional bruto (PNB) suatu negara mungkin merupakan ukuran tunggal terbaik untuk menilai valuasi suatu negara pada saat tertentu.

Seiring waktu, angka PNB telah digantikan dengan PDB, sehingga memunculkan apa yang sekarang dikenal sebagai Indikator Buffett.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Fortune pada tahun 2001, Buffett memperingatkan bahwa ketika rasio ini mendekati 200 persen, investor secara efektif ‘bermain api.’

Peringatannya terbukti tepat.

Pada tahun 1999 dan 2000, indikator tersebut berada di dekat level tersebut sebelum gelembung dot-com meletus, menghapus valuasi pasar hingga triliunan dolar dan memicu penurunan selama beberapa tahun, terutama pada saham teknologi.

Pola ini terulang pada tahun 2022 ketika Indikator Buffett kembali mendekati angka 200 persen.

Dalam beberapa bulan, S&P 500 mencapai puncaknya dan memasuki pasar bearish, kehilangan lebih dari seperempat nilainya pada satu titik.

Kini, indikator yang sama mencapai rekor tertinggi, sekitar 219 persen, melampaui setiap pembacaan sebelumnya.

Berdasarkan pengukuran Buffett sendiri, hal ini menunjukkan bahwa investor mungkin sekali lagi ‘bermain api.’

Rasio CAPE Robert Shiller: Bendera Merah Lainnya

Warren Buffett bukan satu-satunya tokoh keuangan terkemuka yang namanya dikaitkan dengan metrik valuasi.

Ekonom Yale peraih Nobel, Robert Shiller, turut mengembangkan rasio Harga terhadap Pendapatan yang Disesuaikan Secara Siklis (CAPE), yang kini dikenal luas sebagai rasio CAPE Shiller.

Berbeda dengan rasio harga terhadap pendapatan tradisional, CAPE menghaluskan dampak fluktuasi jangka pendek dengan menggunakan data pendapatan yang disesuaikan dengan inflasi selama dekade terakhir.

Hal ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang valuasi pasar jangka panjang.

Sejarah telah menunjukkan bahwa angka CAPE yang tinggi seringkali mendahului penurunan pasar yang signifikan.

Lonjakan tajam pada tahun 1929 terjadi tepat sebelum Kejatuhan Wall Street yang terkenal.

Rasio tersebut mencapai level tertingginya pada tahun 1999, tepat sebelum runtuhnya perusahaan dot-com dan melonjak kembali pada akhir tahun 2021, mendahului penurunan tajam di tahun 2022.

Saat ini, rasio Shiller CAPE berada pada level tertinggi kedua dalam sejarah, sebuah sinyal yang secara historis mendahului koreksi signifikan di pasar.

Jadi, Apakah Keruntuhan 2026 Tidak Dapat Dihindari?

Meskipun kedua indikator ini sangat meresahkan, keduanya bukanlah prediktor yang sempurna.

Para ekonom dan sejarawan pasar memperingatkan agar tidak menganggapnya sebagai kepastian.

Hanya ada sedikit contoh historis di mana kedua indikator mencapai level ekstrem tersebut, sehingga sulit untuk menarik kesimpulan yang signifikan secara statistik.

Terlebih lagi, pasar dapat tetap dinilai terlalu tinggi selama bertahun-tahun.

Mantan Ketua Federal Reserve AS, Alan Greenspan, telah memperingatkan tentang ‘kegembiraan yang tidak rasional’ sejak tahun 1996, tetapi S&P 500 hampir naik dua kali lipat sebelum akhirnya jatuh pada tahun 2000.

Meskipun demikian, kombinasi Indikator Buffett di angka 219 persen dan Shiller CAPE yang mendekati rekor tertinggi jelas menunjukkan valuasi yang terlalu tinggi.

Tidaklah bijaksana untuk mengabaikan sinyal-sinyal ini sepenuhnya.

Bagaimana Investor Dapat Mempersiapkan Diri

Penurunan pasar mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tetapi investor yang bijaksana disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan.

Diversifikasi portofolio, membangun cadangan kas, dan berfokus pada saham-saham dengan fundamental yang kuat dan valuasi yang wajar dapat menjadi penyangga jika volatilitas terjadi.

Yang terpenting, mempertahankan perspektif jangka panjang tetap penting.

Sejarah menunjukkan bahwa bahkan setelah krisis parah, dari tahun 1929 hingga 2008, pasar ekuitas selalu pulih, seringkali mencetak rekor tertinggi baru di tahun-tahun berikutnya.

Apakah tahun 2026 menandai titik balik lainnya masih belum pasti.

Namun, seperti yang mungkin dikatakan Buffett sendiri, sekarang mungkin saatnya bagi investor untuk memeriksa alarm kebakaran mereka.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak