RIAU24.COM - Pertemuan lain antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dilaporkan berakhir ricuh.
Kedua pemimpin saling berteriak dalam perdebatan sengit di Gedung Putih pada Jumat (17 Oktober).
Pertemuan yang diharapkan Zelensky akan mengamankan rudal jarak jauh Tomahawk itu justru berubah menjadi apa yang digambarkan sebuah laporan sebagai ‘adu mulut,’ dengan ‘umpatan terus-menerus.’
Menurut Financial Times, Trump menekan mitranya dari Ukraina untuk menerima persyaratan gencatan senjata Rusia, dan diduga memperingatkan bahwa Presiden Vladimir Putin akan ‘menghancurkan’ Ukraina jika ia menolak.
Sejarah terulang kembali
Menurut laporan, konfrontasi terbaru antara Trump dan Zelensky serupa dengan kunjungan Presiden Ukraina sebelumnya ke Ruang Oval pada bulan Februari, ketika Wakil Presiden JD Vance menegurnya karena tidak menunjukkan rasa terima kasih yang cukup atas dukungan AS dalam perang.
Dalam pertemuan tersebut, Zelensky juga dituduh ‘tidak sopan’ karena tidak mengenakan jas, dan dilaporkan dilarikan keluar gedung setelah pertukaran tersebut.
“Kali ini, Trump melangkah lebih jauh, menuntut Ukraina menyerahkan seluruh wilayah Donbas kepada Rusia,” kata beberapa sumber.
Para pejabat Eropa mengatakan kepada FT bahwa Trump tampaknya menggemakan retorika Putin hampir ‘kata demi kata,’ berulang kali menegaskan bahwa, "jika [Putin] menginginkannya, dia akan menghancurkan Anda."
Menurut seorang pejabat Eropa, Zelensky bersikap sangat negatif setelah pertemuan tersebut, dan para diplomat Uni Eropa merasa tidak optimis tetapi pragmatis tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Apa yang menyebabkan Trump marah pada Zelensky?
Ledakan itu dilaporkan terjadi tak lama setelah Trump berbicara melalui telepon dengan Putin.
Di akun Truth Social miliknya, Trump menulis bahwa Putin telah mengucapkan selamat kepadanya atas ‘Pencapaian Besar Perdamaian di Timur Tengah,’ dan menyatakan bahwa "Keberhasilan di Timur Tengah akan membantu negosiasi kita untuk mengakhiri Perang dengan Rusia/Ukraina".
Trump juga mengumumkan bahwa ‘penasihat tingkat tinggi’ dari AS dan Rusia akan bertemu minggu depan di lokasi yang dirahasiakan, diikuti dengan pertemuannya sendiri dengan Putin di Budapest, Hongaria, untuk melihat apakah mereka dapat mengakhiri Perang 'memalukan' ini, antara Rusia dan Ukraina.
Ironi ini tidak luput dari perhatian para pengamat: Budapest adalah tempat Rusia pernah menandatangani ikrar untuk tidak pernah menginvasi Ukraina.
(***)