RIAU24.COM - Siak — Laut tampak tenang pagi itu. Kapal kayu kecil berangkat perlahan dari dermaga, menembus ombak dan waktu. Sekitar lima jam perjalanan ditempuh menuju Teluk Lanus, sebuah kampung di ujung Kabupaten Siak yang masuk kategori 3T — Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal.
Tujuan perjalanan itu bukan sekadar kunjungan, tetapi sebuah panggilan hati: menghadirkan senyum, semangat, dan sejarah di tengah masyarakat yang jauh dari hiruk-pikuk kota.
Bupati Siak Dr. Afni Z datang bersama rombongan membawa semangat Siak Hebat dan Bermartabat dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Siak ke-26. Setibanya di kampung itu, beliau disambut hangat oleh masyarakat yang telah menunggu di tepi sungai. Suasana berubah riuh penuh tawa ketika Bupati Afni mengajak warga bermain game sederhana — mulai dari anak-anak hingga emak-emak ikut bergembira. Hadiah yang dibagikan mungkin sederhana: gula, minyak goreng, tepung, dan sembako. Namun, kebahagiaan yang tercipta tak ternilai.
“Yang penting bisa tertawa bersama. Bahagia itu sederhana, asal dilakukan dengan tulus,” ujar Bupati Afni sambil tersenyum.
Tak hanya berbagi tawa, rombongan juga menyerahkan bantuan sosial dari BAZNAS Kabupaten Siak bagi warga yang membutuhkan. Namun, momen paling berkesan terjadi saat Bupati Afni mengajak masyarakat mengingat sejarah dan perjuangan Sultan Syarif Kasim II serta Permaisuri Tengku Agung Sultanah Latifah.
Beliau membagikan foto-foto Tuanku Sultan dan Permaisuri untuk dipasang di rumah dan sekolah-sekolah, sembari berpesan agar setiap kali foto itu terlihat, masyarakat berkenan mengirimkan doa Al-Fatihah untuk para pendiri negeri.
“Banyak yang belum mengenal Tuanku Sultan, bahkan belum pernah memiliki fotonya. Semoga dengan adanya foto ini, setiap rumah dan sekolah di Siak selalu teringat akan jasa beliau. Dari sanalah mengalir kebaikan dan semangat untuk tidak melupakan sejarah,” tutur Bupati Afni.
Hari mulai beranjak senja, namun perjalanan belum usai. Bupati Afni dan rombongan melanjutkan perjalanan malam hari menggunakan sepeda motor, menyusuri jalan tanah dan rusak, mengetuk pintu-pintu rumah warga satu per satu. Di setiap rumah, beliau menyerahkan sembako dan foto Sultan — dengan senyum dan sapaan hangat yang menembus gelapnya malam.
Di penghujung kunjungan, masyarakat diajak duduk ngopi bersama di atas terpal sederhana. Tak ada protokol, tak ada jarak. Mereka berbincang santai tentang lahan pertanian, harga barang, pendidikan, kesehatan, hingga konflik tanah. Malam itu, batas antara pemimpin dan rakyat seakan hilang — yang tersisa hanyalah kehangatan dan rasa kebersamaan.
“Alhamdulillah, meski jauh dan penuh tantangan, malam ini kami merasa dekat dengan masyarakat. Ini bukan sekadar kunjungan, tapi perjalanan hati. Semoga dari kampung kecil ini, tumbuh semangat besar untuk terus membangun Siak dengan cinta dan kepedulian,” ungkap Bupati Afni menutup kegiatan dengan haru.
Ketika malam telah berganti hari, rombongan pun bersiap kembali. Namun jejak langkah dan doa yang tertinggal di Teluk Lanus menjadi kisah yang akan lama dikenang — tentang seorang pemimpin yang tak hanya hadir di podium, tetapi datang langsung ke pintu rakyatnya, membawa pesan bahwa kepedulian adalah cahaya yang menembus gelapnya jarak dan waktu.(Lina)