Wanda Hamidah dkk Tiba di Indonesia, Ceritakan Pengalaman Upaya Tembus Blokade Israel ke Jalur Gaza Bersama GSF 

R24/zura
Wanda Hamidah dkk Tiba di Indonesia, Ceritakan Pengalaman Upaya Tembus Blokade Israel ke Jalur Gaza Bersama GSF. (Tangkapan Layar)
Wanda Hamidah dkk Tiba di Indonesia, Ceritakan Pengalaman Upaya Tembus Blokade Israel ke Jalur Gaza Bersama GSF. (Tangkapan Layar)

RIAU24.COM -Selebritas Wanda Hamidah dan relawan Muhammad Fatur Rohman membagikan pengalaman mereka mencoba menembus blokade Israel di Jalur Gaza, Palestina, bersama rombongan pelayaran Global Sumud Flotilla (GSF).

Wanda dan Fatur menjadi delegasi Indonesia yang ikut dalam armada GSF mendobrak blokade Negeri Zionis lewat perairan. 

Dalam rombongan yang juga terdiri dari banyak relawan dari seluruh dunia, termasuk aktivis muda asal Swedia, Greta Thurnberg.

Wanda dan Fatur saat ini sudah kembali ke Indonesia usai gagal melanjutkan pelayaran karena kendala teknis.

Keduanya pun berbagi cerita momen 'perjuangan' berlayar menuju Gaza bersama rombongan GSF.Wanda mengatakan dirinya berupaya sekuat tenaga untuk ikut para relawan dan aktivis berlayar menuju Gaza.

Wanda bercerita mulanya ikut bersama rombongan Indonesia Global Peace Convoy (IGPC). Ia mendarat di Tunisia untuk berlayar dengan ratusan relawan dan aktivis lain.

"Tapi kemudian ternyata IGPC memutuskan untuk mengundurkan diri. Tapi saya sendiri tidak ingin mengikuti keputusan itu dan saya berusaha untuk tetap maju walau sendirian," ujarnya dalam jumpa pers, Jakarta Selatan, Sabtu (4/10), 

Wanda menuturkan kapalnya sempat telantar karena mengalami kendala teknis. Namun, ia tak patah semangat dan berusaha mencari kapal lainnya hingga mencapai Italia.

Setibanya di Italia, Wanda bertemu dengan Fatur. Fatur ikut dalam rombongan GSF sebagai relawan dari Aqsa Working Group (AWG).

Di Italia, kapal Fatur ternyata juga mengalami masalah teknis. Ia dan Fatur pun sama-sama tak bisa lanjut berlayar dan mencari kapal lain yang layak beroperasi.

"Qadarullah lagi, Allah menyatukan kami di dalam kapal Nusantara yang berisikan 13 orang dari 7 kewarganegaraan. Di antaranya ada saya dan Fatur dari Indonesia, kemudian ada dari Maroko, dari Algeria, dari Bahrain, dari Oman, dan dari Tunisia," ucap Wanda.

Kapal Nusantara, cerita Wanda, merupakan kapal terakhir yang bisa berlayar menuju Gaza. Namun, karena sejumlah persoalan teknis, kapal Nusantara pada akhirnya juga tak bisa menyusul relawan dan aktivis lain.

"Karena satu dan lain hal, kapal ini tidak diizinkan untuk berlayar karena mungkin khawatir bahwa kami akan sendirian berlayar. Entah, qadarullah tidak diizinkan," ujar model di tahun 1990an itu.

Hari demi hari, Wanda dan Fatur menetap di Sisilia, Italia, untuk menunggu kabar baik. Mereka masih bersikeras tak ingin pulang ke Indonesia, karena mau terus melanjutkan ikut misi kemanusiaan menuju Gaza.

Sepanjang di Sisilia itu, Wanda mengaku terus memantau pergerakan rombongan kapal GSF yang lain. Dia pun menceritakan saat kapal GSF dicegat militer Israel, dan para penumpangnya dibawa tentara zionis.

"Tapi ternyata tidak ada kapal, tapi kami tetap bertahan untuk memantau teman-teman kami semua yang di-intercept secara ilegal oleh Zionis Israel," kata Wanda.

Wanda menegaskan aksi pencegatan dan penahanan yang dilakukan Israel terhadap ratusan kru GSF merupakan tindakan ilegal dan melanggar aturan internasional.

"Tidak boleh ada bantuan kemanusiaan apapun yang boleh di-intercept atau digagalkan. Itu melanggar peraturan," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Fatur juga bercerita mengenai perjuangannya menuju Jalur Gaza.

Fatur berujar kapal-kapal GSF sempat 'diserang' Israel ketika masih berada di pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia. Insiden ini mengakibatkan sejumlah kapal GSF tak bisa berlayar.

Seiring dengan itu, Fatur pun terdampak dan tak kebagian kapal. Berhari-hari ia menunggu di pelabuhan hingga akhirnya mendapat bagian naik di kapal Kamr pada 20 September.

Meski begitu, kapal itu pun ternyata mengalami gangguan.

"Banyak kendala, kapal Kamr mengalami rusak pada bagian kapal layar karena menggunakan sailing boat, kemudian baling-baling yang rusak, dan sebagainya. Dan kita tahu kapal Mbak Wanda sempat kehilangan bahan bakar, kemudian masuk air di dalam kapal," ucapnya.

"Itu semua adalah ujian yang tidak seberapa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita di Palestina," tuturnya.

Meski pada akhirnya batal berlayar, Fatur mengaku bersyukur  ada gelombang kapal lain yang bisa menyusul armadaGSF yang telah dicegat Israel.

Pada 1 hingga 3 Oktober, Israel mencegat dan membajak seluruh kapal GSF, serta menahan lebih dari 450 aktivis dan relawan. Meski begitu, tak lama usai GSF diintersepsi, sembilan kapal baru berlayar untuk meneruskan misi GSF.

Sembilan kapal tersebut diinisiasi Freedom Flotilla Coalition (FFC).

"Kita juga berharap semoga kedepannya bila Allah mengizinkan, semoga Palestina besok merdeka. Namun jika Allah belum mengizinkan, kita akan buat lagi gelombang-gelombang yang berikutnya, yang jauh lebih besar, jauh lebih kuat untuk menembus blokade," ucap Fatur.

(***) 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak