RIAU24.COM - Tiongkok membela keputusannya untuk mengundang Vladimir Putin dan Kim Jong Un ke peringatan Perang Dunia II di Beijing, setelah Donald Trump menuduh mereka memanfaatkan acara tersebut untuk berkomplot melawan Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat tersebut mengunggah unggahan sarkastis di Truth Social setelah melihat Putin dan Kim berdiri berdampingan dengan pemimpin Tiongkok Xi Jinping dalam parade militer besar-besaran di ibu kota.
"Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin dan Kim Jong Un, karena kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat," tulis Trump.
Beijing mengatakan acara tersebut adalah tentang perdamaian, bukan politik
Menanggapi komentar Trump, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, dan tidak ditujukan kepada negara ketiga mana pun.
"Tujuannya adalah bekerja sama dengan negara-negara dan masyarakat yang cinta damai untuk mengenang sejarah, mengenang para martir, menghargai perdamaian, dan menciptakan masa depan," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, kepada para wartawan.
"Pembangunan hubungan diplomatik Tiongkok dengan negara mana pun tidak pernah ditujukan kepada pihak ketiga mana pun," tambahnya.
Rusia sebut klaim Trump ironis
Kremlin menepis klaim konspirasi Trump, dengan para pejabat mengatakan tidak ada diskusi semacam itu antara ketiga pemimpin tersebut.
Ajudan Kremlin, Dmitry Ushakov, mengatakan, "Saya ingin mengatakan bahwa tidak ada konspirasi yang telah diatur, tidak ada yang berkonspirasi, tidak ada konspirasi sama sekali, dan terlebih lagi, tidak satu pun dari ketiga pemimpin ini yang memiliki pemikiran semacam itu."
Ia menambahkan bahwa Moskow mengakui peran Washington dalam politik global.
"Lebih lanjut, saya dapat mengatakan bahwa semua orang memahami peran Amerika Serikat, pemerintahan Presiden Trump saat ini, dan Presiden Trump secara pribadi dalam dinamika internasional saat ini," ujarnya.
Uni Eropa juga mengkritik parade Beijing
Bukan hanya Trump yang mengkritik acara tersebut.
Diplomat tertinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan bahwa pertemuan Xi, Putin, dan Kim merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas untuk menciptakan tatanan dunia baru yang anti-Barat dan merupakan tantangan langsung terhadap sistem internasional yang dibangun di atas aturan.
Namun, Beijing membalas dengan keras.
Guo menuduh Kallas memiliki bias ideologis dan sengaja memicu konfrontasi.
"Pernyataan yang dibuat oleh pejabat Uni Eropa tertentu penuh dengan bias ideologis, tidak memiliki pengetahuan sejarah dasar, dan secara terang-terangan memicu konfrontasi dan konflik," kata Guo.
Ia menambahkan, “Kami berharap orang-orang tersebut akan meninggalkan prasangka buruk dan arogansi mereka…dan melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas dunia serta hubungan Tiongkok-Eropa.”
(***)