Hal ini memicu kontroversi daring, karena Azizah menghormati tata krama keagamaannya dan menolak berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok.
Sebaliknya, Perdana Menteri Anwar Ibrahim justru melanjutkan jabat tangan diplomatik dengan Ibu Negara Tiongkok, Peng Liyuan.
Para pengguna internet dengan cepat mengkritik perilaku yang spesifik gender dan patriarki dalam Islam, "Ibu Negara Malaysia menolak berjabat tangan dengan Presiden Xi karena Islam tidak mengizinkan pria berjabat tangan dengan wanita. Lalu mengapa PM Anwar Ibrahim berjabat tangan dengan Ibu Negara Tiongkok? Sungguh munafik," demikian bunyi salah satu unggahan di platform media sosial X.
Sebaliknya, beberapa orang membelanya, dengan mengatakan bahwa Perdana Menteri Anwar Ibrahim memiliki keyakinan agamanya sendiri, dan Ibu Negara Wan Azizah memiliki otonomi agamanya sendiri.
"Tidak ada paksaan atau paksaan dari kedua belah pihak, yang menunjukkan rasa saling menghormati dan kebebasan pribadi. Begitulah seharusnya," kata pengguna lain.
Dalam Islam, pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan keluarga cenderung menghindari kontak satu sama lain.
Namun, video daring tersebut menuai kritik, sementara beberapa pihak menjelaskan keyakinan pribadinya.
Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menunjukkan pemahamannya sendiri tentang budaya Islam dan apresiasinya terhadap perbedaan multikultural.
(***)