RIAU24.COM - Elon Musk, miliarder pendiri xAI, telah meningkatkan perseteruan publiknya dengan Apple, menuduh raksasa teknologi tersebut melakukan pelanggaran antimonopoli dalam cara mereka mengelola peringkat App Store.
Musk mengklaim pada 11 Agustus bahwa Apple sengaja menghalangi perusahaan AI mana pun, kecuali OpenAI, untuk mencapai posisi teratas di App Store, menyebutnya sebagai pelanggaran antimonopoli yang tegas.
Pengusaha yang blak-blakan ini mengunggah tuduhan tersebut di platform media sosialnya, X, di mana ia juga berjanji bahwa xAI akan segera mengambil tindakan hukum terhadap Apple.
"Apple berperilaku sedemikian rupa sehingga mustahil bagi perusahaan AI mana pun selain OpenAI untuk mencapai posisi #1 di App Store," ujar Musk, seraya menambahkan bahwa xAI tidak akan menoleransi perilaku monopol semacam itu.
Musk tidak memberikan bukti konkret untuk mendukung klaim tersebut, dan baik Apple maupun xAI tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar langsung terkait hal ini.
OpenAI, yang bermitra erat dengan Apple untuk mengintegrasikan model ChatGPT ke dalam perangkat Apple, juga tidak menanggapi pertanyaan.
Saat ini, ChatGPT menduduki posisi teratas di bagian ‘Aplikasi Gratis Terbaik’ di App Store iPhone AS, sementara startup AI milik Musk, xAI, berada di peringkat kelima dengan aplikasi Grok-nya.
Chatbot Gemini milik Google tertinggal jauh di posisi ke-57.
ChatGPT juga memimpin peringkat di Google Play Store, menurut data Sensor Tower.
Keluhan Musk terutama terletak pada kenyataan bahwa meskipun berada di peringkat tersebut, produk-produknya sendiri, seperti X dan Grok, tidak mendapatkan tempat yang menonjol di bagian ‘Wajib Dimiliki’ Apple, meskipun popularitasnya tinggi.
Musk menuduh Apple bermain ‘politik’ dengan mengabaikan aplikasi-aplikasi ini, yang merupakan pesaing teratas di kategorinya.
Meningkatnya ketegangan antara Musk dan OpenAI
Komentar Musk muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara xAI dan OpenAI, dua pemain utama di industri AI.
Komentar Musk tentang bias Apple telah memicu kembali persaingan yang telah berlangsung antara kedua perusahaan, terutama setelah peluncuran model GPT-5 OpenAI baru-baru ini.
Sebaliknya, xAI meluncurkan model Grok 4 bulan lalu dan, menurut Musk, terus mengungguli penawaran OpenAI meskipun GPT-5 baru-baru ini dirilis.
Meskipun Musk belum membagikan bukti detail terkait tuduhan antimonopoli terhadap Apple, kritik tersebut bukanlah sesuatu yang terisolasi.
Pernyataannya muncul tak lama setelah CEO OpenAI, Sam Altman, membalas tuduhan Musk dengan mempertanyakan praktik Musk sendiri di media sosial.
Altman mengkritik manajemen Musk atas X, dengan menyatakan bahwa Musk memanipulasi platform tersebut untuk menguntungkan usahanya sendiri dan merugikan para pesaingnya.
Dalam sebuah unggahan yang tajam, Altman menyatakan bahwa perilaku Musk dalam mengendalikan algoritma X telah menimbulkan kekhawatiran terkait keadilan dalam persaingan.
"Ini klaim yang luar biasa mengingat apa yang saya dengar diduga Elon memanipulasi X untuk menguntungkan dirinya sendiri dan perusahaannya sendiri serta merugikan pesaing dan orang-orang yang tidak disukainya," tulis Altman dalam sebuah postingan di X.
Ia menambahkan bahwa OpenAI akan tetap fokus mengembangkan produk AI-nya sekaligus menyerukan penemuan tandingan terkait klaim Musk tentang praktik tidak adil.
Pengawasan regulasi App Store Apple
Tuduhan Musk juga bertepatan dengan meningkatnya pengawasan terhadap kendali Apple atas App Store-nya.
Pada bulan April, seorang hakim AS memutuskan bahwa Apple telah melanggar peraturan antimonopoli dan merujuk perusahaan tersebut untuk penyelidikan penghinaan pidana sehubungan dengan kasus yang diajukan oleh Epic Games, pencipta ‘Fortnite.’
Lebih lanjut, pada bulan yang sama, Uni Eropa mendenda Apple sebesar €500 juta ($587 juta) karena membatasi kemampuan pengembang untuk mengarahkan pengguna ke penawaran yang lebih murah di luar App Store, sebuah praktik yang melanggar Undang-Undang Pasar Digital.
Seiring memanasnya persaingan antara xAI Musk dan OpenAI, pengawasan terhadap praktik App Store Apple pun semakin ketat.
Meskipun klaim Musk tentang pendekatan monopoli terhadap pemeringkatan masih belum terbukti, klaim tersebut menyoroti tantangan berkelanjutan yang dihadapi platform teknologi besar dalam menavigasi hukum persaingan dan persyaratan peraturan.
(***)