RIAU24.COM - Anggota parlemen Rusia, Viktor Vodolatsky, mengatakan bahwa jumlah kapal selam nuklir Rusia di lautan dunia jauh lebih tinggi daripada kapal selam Amerika.
Pernyataannya muncul setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan penempatan dua kapal selam nuklir di wilayah yang sesuai di dekat Rusia setelah tersinggung oleh pilihan kata-kata yang digunakan oleh mantan presiden Dimtry Medvedev.
"Jumlah kapal selam nuklir Rusia di lautan dunia jauh lebih tinggi daripada milik Amerika, dan kapal selam yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump untuk dialihkan ke wilayah yang sesuai telah lama berada di bawah kendali mereka. Jadi, Federasi Rusia tidak perlu menanggapi pernyataan pemimpin Amerika tentang kapal selam tersebut," kata Vodolatsky, seperti dikutip TASS.
"Biarkan kedua kapal selam AS itu berlayar, mereka sudah lama menjadi target. Sebuah kesepakatan mendasar harus dicapai antara Rusia dan Amerika agar seluruh dunia tenang dan berhenti membicarakan awal Perang Dunia III," tambahnya.
Sementara itu, pemimpin redaksi majalah Russia in Global Affairs, Fyodor Lukyanov, mengatakan bahwa pernyataan Trump tentang kapal selam nuklir tidak perlu dianggap serius untuk saat ini.
Apa yang dikatakan Dmitry Medvedev yang memicu Trump?
Dalam sebuah unggahan di Truth Social, Trump menulis, “Katakan pada Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal, yang merasa dirinya masih Presiden, untuk berhati-hati dalam berbicara. Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya!”
Unggahan ini muncul setelah Medvedev mengatakan bahwa Rusia bukanlah Iran atau Israel, dan mengejek 'ultimatum 10 hari' Trump kepada Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina.
Ia menambahkan bahwa ultimatum Trump mungkin sebenarnya merupakan sebuah langkah menuju perang.
“Setiap ultimatum baru merupakan ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negaranya sendiri,” tulisnya di X.
Dalam unggahan lain di X, Medvedev mengkritik tindakan Trump terhadap BRICS, menyatakan bahwa kelompok tersebut semakin menonjol dan melakukan segalanya dengan benar.
Awal bulan ini, setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, mantan presiden Rusia tersebut mengatakan bahwa tindakan Trump hanya membuat para pemimpin Iran semakin berani dan mengungkap kelemahan Israel dan Amerika di hadapan dunia.
Yang tampaknya paling membuat Trump marah adalah pengingat tegas Medvedev kepada AS tentang kemampuan serangan nuklir Rusia yang dahsyat, termasuk sistem yang disebut 'Doomsday'.
Medvedev mengingatkan Trump tentang film favoritnya, 'Walking Dead', yang mengingatkan kembali era Soviet betapa berbahayanya 'Dead Hand' yang legendaris itu.
Dead Hand, juga dikenal sebagai Perimeter, adalah sistem pembalasan nuklir semi-otomatis era Perang Dingin.
Sistem ini disebut sebagai 'Doomsday Device' Rusia, dan dirancang untuk skenario pasca-apokaliptik.
Tujuan mengerikan dari perangkat ini adalah untuk melancarkan serangan nuklir balasan bahkan jika kepemimpinan Rusia benar-benar musnah.
Dead Hand dirancang untuk mendeteksi serangan nuklir melalui sensor seismik, radiasi, dan tekanan.
(***)