Pemerintah Akui Gagal Kelola Konsumsi Sumber Daya, Iran di Ambang Krisis Air

R24/riz
Iran kekeringan
Iran kekeringan

RIAU24.COM Presiden Iran Masoud Pezeshkian memperingatkan tentang konsumsi air yang berlebihan yang menurutnya tidak dapat ditoleransi oleh negara tersebut dan dapat menyebabkan Teheran menghadapi kekurangan air yang parah pada bulan September, kantor berita semi-resmi Tasnim melaporkan pada hari Kamis.

"Iran berulang kali mengalami krisis listrik, gas, dan air saat puncak permintaan akibat pengelolaan sumber daya yang buruk serta konsumsi yang berlebihan," kata Pezeshkian, dikutip dari Reuters, Jumat (1/8).

Ia mengingatkan bahwa jika pemerintah gagal mengelola konsumsi dan masyarakat tidak mau bekerja sama, maka waduk-waduk di Teheran bisa benar-benar mengering dalam waktu dekat.

Baca Juga: Tesla Dinyatakan Bersalah Sebagian dalam Kecelakaan Maut 'Autopilot', Juri Berikan Ganti Rugi 242 Juta Dolar

"Di Teheran, jika kita tidak bisa mengelola dan masyarakat tidak mau bekerja sama mengendalikan konsumsi, maka pada September atau Oktober nanti, waduk-waduk tidak akan lagi memiliki air," ujarnya.

Kepala Organisasi Perlindungan Lingkungan, Sheena Ansari, menyatakan bahwa negara di Timur Tengah itu telah mengalami kekeringan selama lima tahun terakhir.

Data dari Badan Meteorologi Iran menunjukkan bahwa curah hujan mengalami penurunan hingga 40% dalam empat bulan terakhir dibandingkan rata-rata jangka panjang.

"Mengabaikan pembangunan berkelanjutan membuat kita kini menghadapi banyak masalah lingkungan, seperti krisis air," ungkap Ansari kepada media pemerintah.

Krisis air yang memburuk ini diperparah oleh konsumsi yang tidak terkendali. Kepala Perusahaan Air dan Limbah Provinsi Teheran, Mohsen Ardakani, menyebut bahwa 70% warga Teheran mengonsumsi air lebih dari batas standar 130 liter per hari.

Selain air, pengelolaan sumber daya alam seperti gas alam juga menjadi masalah kronis bagi pemerintah Iran. Pezeshkian menyatakan bahwa solusi dari persoalan ini membutuhkan reformasi besar, terutama di sektor pertanian yang menghabiskan hingga 80% dari total konsumsi air nasional.

Meski tekanan krisis meningkat, pemerintah justru mengusulkan kebijakan libur rutin pada musim panas untuk mengurangi aktivitas warga. Namun, Presiden Pezeshkian menolak ide tersebut.

Baca Juga: Tanggapan Langsung Anggota Parlemen Rusia Terhadap Trump Atas Ancaman Kapal Selam Nuklir

"Menutup aktivitas hanyalah upaya menutupi masalah, bukan solusi untuk krisis air," tegasnya, merespons usulan pemberlakuan libur setiap hari Rabu atau libur seminggu penuh selama musim panas.

Sebagai catatan, pada musim panas 2021, Iran sempat diguncang aksi protes besar-besaran di wilayah barat daya akibat krisis air. Pemerintah saat itu menuai gelombang kritik karena dianggap gagal mengatasi kekeringan yang terus berulang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak