RIAU24.COM - Setidaknya tiga orang tewas dan lebih dari 1.000 orang dievakuasi pada hari Kamis setelah Korea Selatan dilanda hujan lebat, pernyataan para pejabat, dengan satu wilayah dilanda curah hujan paling deras per jam sejak pencatatan lengkap dimulai.
Korea Selatan biasanya mengalami hujan monsun pada bulan Juli, tetapi tiga daerah di provinsi Chungcheong Selatan negara itu minggu ini mengalami hujan deras per jam terderas yang pernah tercatat, menurut data cuaca resmi.
Tiga orang tewas pada hari Kamis, kata Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan, semuanya di provinsi Chuncheong Selatan.
"Hingga pukul 16.00 waktu setempat, setidaknya tiga orang tewas hari ini akibat hujan deras," ujar seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan kepada AFP, seraya menambahkan bahwa lebih dari 1.000 orang telah dievakuasi.
Polisi mengatakan kepada AFP bahwa satu orang ditemukan di dalam kendaraan yang terendam, seorang pria tua tersapu di dekat sungai, dan seorang pria tua lainnya ditemukan tewas di apartemen bawah tanah yang terendam banjir setelah putranya melaporkan dia hilang.
Wilayah Seosan bagian barat dilanda curah hujan yang mencapai puncaknya pada 114,9 milimeter (4,5 inci) per jam.
"Tingkat curah hujan yang biasanya hanya terjadi sekali dalam 100 tahun", kata seorang pejabat badan cuaca kepada AFP, seraya menambahkan bahwa ini adalah tingkat curah hujan tertinggi sejak pencatatan lengkap dimulai pada tahun 1904.
“Hujan deras tersebut disebabkan oleh aliran udara hangat dan lembap di sepanjang tepi North Pacific High, yang memicu ketidakstabilan atmosfer yang kuat,” tambah pejabat itu.
Penyiar Korea Selatan menayangkan video banjir parah di Seosan, dengan air membanjiri pasar dan kompleks apartemen, serta merendam mobil yang diparkir.
Reporter AFP melihat penduduk di Seosan berjuang membersihkan sisa banjir pada hari Kamis, dengan tempat parkir dan toko masih terlihat terendam air berlumpur.
Choi Hee-jin, seorang pemilik klub malam, mengatakan kepada AFP bahwa ia sangat sedih harus kembali menjalankan bisnisnya setelah banjir melanda.
"Air telah memenuhi klub sepenuhnya, dan segala sesuatunya, seperti sofa, kulkas, perabotan, bahkan computer hanyut begitu saja," kata Choi.
"Bagaimana rasanya melihat itu? Sejujurnya, rasanya seperti dunia runtuh. Tak ada kata yang bisa menggambarkannya," tambahnya.
Badan cuaca nasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hampir 440 mm (sekitar 17,3 inci) hujan telah turun di Seosan hingga pukul 10:30 pagi pada hari Kamis setara dengan 35 persen dari curah hujan tahunan rata-rata di wilayah tersebut.
"Airnya terlalu dalam dan begitu banyak lumpur yang masuk sampai-sampai saya sudah bekerja sekitar lima jam untuk mengurasnya," kata Kim Min-seo, seorang pekerja restoran berusia 50 tahun, sambil menggosok lantai berlumpur.
"Saya masih belum selesai," tambahnya.
Perintah evakuasi
Warga di daerah Hongseong, provinsi Chungcheong Selatan, diperintahkan untuk segera mengungsi ke lokasi aman pada Kamis pagi karena banjir dari sungai di dekatnya.
Beberapa sekolah dan tempat penitipan anak di daerah itu juga ditutup.
Korea Selatan sering dilanda banjir selama periode musim panas, tetapi biasanya sudah siap siaga dan jumlah korban jiwa biasanya relatif rendah.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim telah membuat peristiwa cuaca di seluruh dunia lebih ekstrem dan sering terjadi.
Korea Selatan juga mengalami hujan lebat dan banjir yang memecahkan rekor pada tahun 2022, yang menyebabkan sedikitnya 11 orang meninggal.
Mereka termasuk tiga orang yang meninggal terjebak di apartemen bawah tanah di Seoul, yang menjadi terkenal secara internasional karena film Korea pemenang Oscar, ‘Parasite.’
Pemerintah saat itu mengatakan bahwa curah hujan saat itu adalah yang terderas sejak pencatatan dimulai, dan menyalahkan perubahan iklim atas cuaca ekstrem tersebut.
(***)