RIAU24.COM - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan, tidak ada sejarawan yang mundur dari proyek penulisan ulang sejarah.
Sejauh ini, proyek ini dilakukan oleh sejarawan dari 34 perguruan tinggi di Indonesia dan dibagi ke dalam tiga wilayah yakni barat, tengah, dan timur.
“Enggak ada sejarawan mundur. Setahu saya enggak ada. Ini dari 34 perguruan tinggi kok,” ujar Fadli Zon, Selasa (1/7).
Ia pun merespons pernyataan Fraksi PDIP sebelumnya yang meminta proyek penulisan ulang sejarah dihentikan.
Baca Juga: Menteri Agama: Saudi Beri Sinyal Positif soal Permintaan Indonesia Bangun Perumahan Haji di Arab
“Masa (penulisan) sejarah kita hentikan? Ini proyek negara, maksudnya pemerintah lah. Hasilnya yang menulis kan sejarawan,” tegas dia.
Dia menjelaskan bahwa penulisan ulang sejarah nasional merupakan amanat penting dan tidak bisa dihentikan hanya karena tekanan politik.
“Sejarah kan diperlukan. Amanat Bung Karno jelas, jangan pernah meninggalkan sejarah,” ujar Fadli Zon.
Saat ditanya soal progres naskah, Fadli menyebutkan bahwa secara informasi, penyusunan sudah mencapai 70-80 persen, meskipun ia belum menerima naskah final secara langsung.
“Katanya 70-80 persen. Tapi saya belum tahu pasti, nanti kita lihat,” ujarnya.
Dia mengakui bahwa dirinya belum membaca langsung draf naskah sejarah tersebut dan akan menunggu laporan resmi dari tim penyusun.
Ia juga menekankan bahwa proses ini adalah kerja kolektif para akademisi dan profesional di bidang sejarah, bukan pekerjaan politik.
“Nanti kita baca dulu saja. Kita belum baca. Mereka yang nulis kan,” ujar dia.
Ia juga belum memastikan tanggal uji publik atau pembahasan di DPR, namun menyebut akan bertemu pihak legislatif dalam waktu dekat.
“(Rabu) saya ketemu (DPR), cek jadwalnya nanti,” tegas dia.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi X DPR dari Fraksi PDI-P, Esti Wijayati mengatakan, penulisan sejarah versi pemerintah menimbulkan polemik luas di tengah masyarakat.
Baca Juga: Polisi Bakal Lakukan Gelar Perkara 9 Juli di Kasus Ijazah Palsu Jokowi
Esti turut menyoroti pernyataan Fadli Zon terkait pemerkosaan massal tahun 1998 yang sempat menuai protes.
"Ya itu hanya salah satu dari sekian banyak persoalan yang kita semua sudah bisa melihat ketika kami melakukan rapat dengan pendapat umum dari berbagai pihak yang hadir di situ menyatakan keberatannya terkait dengan penulisan sejarah ini," ucap Esti.
"Termasuk banyaknya para sejarawan yang kemudian keluar dari tim, menyatakan mundur dari tim penulisan. Berarti apa? Berarti di situ banyak persoalan,” tambah dia.