RIAU24.COM - Pemerintah AS telah mencabut pembatasan ekspor terbaru atas penjualan perangkat lunak desain chip ke Tiongkok, sebuah langkah yang dipandang sebagai langkah untuk meredakan ketegangan perdagangan antara kedua negara.
Keputusan tersebut menyusul perjanjian perdagangan yang lebih luas antara Washington dan Beijing, yang bertujuan memulihkan aliran teknologi penting dan mengurangi tarif yang dikenakan selama perang dagang yang sedang berlangsung.
Departemen Perdagangan AS memberi tahu beberapa pemain utama di pasar perangkat lunak otomasi desain elektronik (EDA), termasuk Siemens, Synopsys, dan Cadence, bahwa pembatasan yang diberlakukan pada bulan Mei telah dicabut.
Perusahaan-perusahaan ini, yang mendominasi industri perangkat lunak desain chip global, mengonfirmasi bahwa mereka telah diberi lampu hijau untuk melanjutkan penjualan di Tiongkok tanpa memerlukan lisensi ekspor.
Siemens, raksasa teknologi Jerman, mengumumkan bahwa mereka telah mengembalikan akses penuh ke perangkat lunak dan teknologinya di Tiongkok, menyusul keputusan pemerintah untuk mencabut pembatasan.
"Kami telah melanjutkan penjualan dan dukungan kepada pelanggan Tiongkok," kata Siemens dalam sebuah pernyataan.
Demikian pula, Synopsys dan Cadence yang berbasis di AS mengonfirmasi bahwa mereka sedang berupaya memulihkan akses ke perangkat lunak dan teknologi mereka di Tiongkok, dengan kedua perusahaan tersebut menegaskan bahwa mereka mematuhi undang-undang ekspor AS.
Pencabutan pembatasan ini dilakukan setelah Tiongkok dan AS menandatangani kesepakatan dagang yang menjanjikan pelonggaran sejumlah tindakan hukuman yang diberlakukan masing-masing negara terhadap negara lain.
Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, AS setuju untuk melonggarkan pembatasan pada perangkat lunak desain chip, ekspor etana, dan teknologi mesin jet, dengan syarat Tiongkok menepati janjinya untuk mempercepat proses persetujuan ekspor mineral penting.
Langkah penting bagi industri semikonduktor
Pembatasan pada perangkat lunak desain chip awalnya diterapkan pada bulan Mei 2025, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas oleh pemerintahan Trump untuk mengekang ambisi Tiongkok dalam bidang semikonduktor dan kecerdasan buatan.
Langkah-langkah ini dipicu oleh pembatasan Tiongkok terhadap ekspor mineral tanah jarang, yang sangat penting untuk manufaktur elektronik dan pertahanan.
Raksasa perangkat lunak AS, Siemens, Cadence, dan Synopsys, mendominasi pasar EDA, secara kolektif menguasai hampir 80 persen pangsa pasar Tiongkok di sektor vital ini.
Perangkat lunak EDA sangat penting untuk merancang dan menguji cetak biru semikonduktor, yang digunakan dalam produksi segala hal mulai dari prosesor canggih untuk raksasa teknologi seperti Nvidia dan Apple hingga komponen yang lebih sederhana untuk elektronik konsumen.
Meskipun Tiongkok berupaya menciptakan industri desain chip yang mandiri, perusahaan-perusahaan AS tetap menjadi bagian penting dari kemampuan produksi semikonduktor Tiongkok.
Pencabutan pembatasan ini dipandang sebagai kemenangan signifikan bagi perusahaan teknologi yang terlibat.
Saham Synopsys dan Cadence masing-masing naik 6 persen dan 7 persen, menyusul pengumuman tersebut.
Meskipun sektor ini mewakili porsi yang relatif kecil dari pasar semikonduktor global, sekitar 1,6 persen dari industri senilai $600 miliar, sektor ini memainkan peran penting dalam rantai pasokan yang lebih luas, menjadikannya titik pertikaian utama dalam pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok.
Dampak pada lanskap semikonduktor global
Meskipun pencabutan pembatasan ini merupakan perkembangan positif bagi perusahaan yang terlibat, hal ini juga menyoroti pentingnya sektor semikonduktor secara strategis.
AS telah lama berhati-hati dalam mengizinkan China mengakses teknologi canggih yang dapat meningkatkan kekuatan militer dan ekonominya, yang menyebabkan pembatasan pada perangkat lunak desain chip, peralatan pembuatan chip, dan komponen berteknologi tinggi.
Dorongan Tiongkok yang semakin kuat untuk mencapai swasembada semikonduktor telah menghasilkan hasil yang beragam, karena negara itu masih sangat bergantung pada perangkat lunak EDA asing untuk memproduksi chip yang kompetitif.
Kesepakatan perdagangan tersebut tampaknya menandakan babak baru dalam hubungan AS-Tiongkok, di mana kedua pihak bersedia melonggarkan pembatasan sebagai imbalan atas komitmen untuk mempercepat aliran sumber daya penting, seperti mineral tanah jarang.
Saat Tiongkok dan AS berupaya menerapkan ketentuan perjanjian perdagangan mereka, industri semikonduktor akan mencermati perkembangan dinamika perdagangan di masa mendatang, terutama di bidang penting perangkat lunak desain chip dan teknologi manufaktur canggih.
(***)