RIAU24.COM -Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan usai memberikan tanggapan menohon dari pengamat politik Rocky Gerung yang di sebut 'Gubernur Otak Dangkal'.
Alih-alih tersulut emosi, Dedi justru merespons dengan gaya retoris yang menyentuh akar persoalan kepemimpinan:
"Lebih baik jadi gubernur otak dangkal tapi banyak orang tersadarkan, daripada gubernur otaknya dalam tapi banyak orang yang ditenggelamkan."
Dalam pidatonya di hadapan para sarjana, Dedi menegaskan bahwa ukuran keberhasilan pemimpin bukan pada gelar atau gaya berbicara yang canggih, melainkan pada apa yang dirasakan rakyat dari tindakannya.
Setiap pagi, ia berjalan menyusuri sawah, memelihara domba, ayam, bebek, hingga membersihkan saluran air.
“Kalau saya senangnya ke sawah, banyak orang bisa ikut hidup. Kalau saya senangnya liburan ke luar negeri, yang senang hanya saya sendiri,” ujarnya.
Tak hanya soal sindiran politik, Dedi juga menyoroti fenomena pasca-wisuda yang kerap memicu beban baru bagi orang tua:
“Jangan baru wisuda langsung menikah. Orang tua kalian baru selesai membiayai kuliah, jangan langsung dikasih cicilan pesta pernikahan dan cucu.”
Ia mengajak lulusan untuk menunda keinginan pribadi dan membalas pengorbanan orang tua lebih dulu, sebelum memikirkan urusan rumah tangga.
Dalam gaya khasnya yang jenaka namun tajam, Dedi juga mengkritik budaya masyarakat yang menyandarkan segalanya pada orang tua dan kakek-nenek.
“Di luar negeri, kakek-nenek pakai tanktop jalan-jalan. Di sini, sibuk ngurus cucu, ribut warisan, dan stres karena sistem.”
Menurutnya, birokrasi berbelit justru memperlambat peluang kerja bagi banyak anak muda.
Dedi tidak menampik julukan-julukan yang melekat padanya, dari “gubernur konten” hingga “gubernur lambe turah”.
“Lebih baik jadi gubernur lambe turah daripada gubernur biwir dower,” ujarnya santai.
(***)