Iran Gantung 3 Orang yang Dituduh Bantu Israel Melakukan Percobaan Pembunuhan Setelah Gencatan Senjata

R24/tya
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei /AFP
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei /AFP

RIAU24.COM - Sehari setelah gencatan senjata diumumkan antara Israel dan Iran dan perang 12 hari atas kepemilikan senjata nuklir Teheran berakhir melalui mediasi yang diprakarsai AS, Iran mengatakan pada hari Rabu (25 Juni) bahwa mereka telah mengeksekusi tiga orang karena menjadi mata-mata untuk Tel Aviv.

Iran juga mengatakan bahwa 700 orang telah ditangkap karena memiliki hubungan dengan Israel.

"Idris Ali, Azad Shojai dan Rasoul Ahmad Rasoul, yang berupaya mengimpor peralatan ke negara tersebut untuk melakukan pembunuhan, ditangkap dan diadili atas kerja sama yang menguntungkan rezim Zionis," kata badan peradilan, merujuk pada Israel, sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.

"Hukuman dilaksanakan pagi ini... dan mereka digantung," kata pengadilan lebih lanjut.

Urmia, sebuah kota di wilayah barat laut dekat perbatasan dengan Turki, adalah tempat eksekusi tersebut dilakukan.

Pengadilan juga membagikan foto tiga pria berseragam penjara berwarna biru.

Penangkapan dan eksekusi agen yang diduga memiliki hubungan dengan dinas intelijen asing, termasuk musuh bebuyutannya Israel, kerap terjadi di Iran.

Setelah perang dengan Israel dimulai pada 13 Juni, Teheran berjanji akan mengambil tindakan cepat terhadap orang-orang yang memiliki hubungan dengan Israel.

Khususnya, kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International menempatkan Iran di peringkat kedua dalam daftar algojo paling produktif di dunia setelah China.

Laporan intelijen AS yang bocor: Tidak ada dampak besar dari serangan AS terhadap Iran

Sementara itu, laporan awal yang bocor dan rahasia dari Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat, badan intelijen Pentagon, menunjukkan bahwa kampanye pengeboman Amerika baru-baru ini terhadap fasilitas nuklir Iran yang disebut-sebut oleh Presiden Donald Trump sebagai misi yang melumpuhkan kemampuan Teheran, belum menyebabkan dampak besar dan hanya membuat program tersebut mundur beberapa bulan.

Presiden AS Donald Trump, bagaimanapun, membalas dengan melabeli CNN sebagai berita palsu dan New York Times sebagai ‘gagal’, Trump mengklaim bahwa kedua situs tersebut  telah bekerja sama dalam upaya untuk merendahkan salah satu serangan militer paling sukses dalam sejarah.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak