RIAU24.COM - Israel dengan tegas membantah klaim bahwa pasukannya berada di balik insiden mematikan di pusat bantuan yang didukung AS di Rafah, Gaza, di mana 31 orang dilaporkan tewas pada hari Minggu.
Dalam sebuah unggahan yang dibagikan di media sosial, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah apa yang disebutnya sebagai laporan palsu dan rekayasa yang menyatakan bahwa pasukan Israel telah menembaki warga sipil yang berkumpul untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan.
“Laporan palsu telah tersebar dalam beberapa jam terakhir, termasuk tuduhan serius terhadap IDF mengenai penembakan terhadap penduduk Gaza di area lokasi distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
“Temuan dari penyelidikan awal menunjukkan bahwa IDF tidak menembaki warga sipil saat mereka berada di dekat atau di dalam lokasi distribusi bantuan kemanusiaan dan bahwa laporan tentang hal ini tidak benar,” tambahnya.
Kelompok yang didukung AS juga membantah adanya insiden atau cedera
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang berkantor pusat di Amerika Serikat dan mengelola pusat bantuan di Rafah, juga membantah laporan tersebut.
"Itu palsu dan dibuat-buat. Semua bantuan didistribusikan hari ini tanpa insiden," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang diakses oleh BBC.
GHF juga menuduh Hamas menyebarkan informasi yang salah.
"Kami telah mendengar bahwa laporan palsu ini secara aktif diprovokasi oleh Hamas. Itu tidak benar dan dibuat-buat," kata yayasan tersebut.
Hal ini mengikuti komentar sebelumnya yang disampaikan GHF kepada Associated Press, di mana mereka mengakui bahwa pasukan Israel melepaskan tembakan peringatan di dekat pusat tersebut.
31 kematian dilaporkan oleh kementerian kesehatan Gaza
Meskipun dibantah, kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan bahwa sedikitnya 31 orang tewas dalam serangan di dekat pusat bantuan tersebut.
Israel bersikeras tidak terlibat dalam jatuhnya korban, dan malah menyatakan bahwa orang-orang bersenjata telah menembaki warga sipil di lokasi kejadian. Rincian lengkap seputar insiden tersebut masih belum jelas.
PBB kecam meningkatnya bahaya di titik distribusi bantuan
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan kekhawatiran atas meningkatnya kekerasan di dekat zona kemanusiaan dan tempat penampungan di seluruh Gaza.
PBB menyebut daerah kantong itu sebagai tempat paling kelaparan di dunia dan mengkritik jaringan distribusi bantuan yang baru dibuat, yang sebagian dijalankan oleh AS dan Israel, serta menggambarkannya sebagai perangkap maut bagi warga sipil yang tidak bersalah.
Sementara itu, Hamas telah mengumumkan bahwa mereka siap memulai putaran baru negosiasi tidak langsung dengan Israel untuk menyelesaikan masalah utama seputar gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Kelompok tersebut menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk mencapai kesepakatan yang memastikan bantuan bagi rakyat kami dan mengakhiri bencana kemanusiaan, yang pada akhirnya mengarah pada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan pendudukan.
Namun, Hamas tidak menjelaskan apakah mereka menarik kembali usulan gencatan senjata baru-baru ini yang oleh utusan AS Steve Witkoff digambarkan sebagai sama sekali tidak dapat diterima dan dituduh menghambat kemajuan.
(***)