RIAU24.COM - Mayoritas publik tidak percaya Presiden ke-7, Joko "Jokowi" Widodo telah memalsukan ijazah sarjananya. Itu merupakan salah satu poin dari hasil survei nasional Indikator Politik Indonesia (IPI) ketika dirilis pada Selasa (27/5).
Jokowi pun buka suara terkait hasil survei tersebut.
"Ya artinya masyarakat memiliki logika dan penalaran yang sehat. Memiliki logika. Logika penalaran yang sehat, artinya itu," katanya ditemui di kediaman Sumber, Banjarsari, Solo, Rabu (28/5).
Ia menyebut persoalan ijazah palsu itu tidak masuk logika. "Karena logikanya memang nggak masuk (bila palsu). Saya kira 68 persen ya mau menyampaikan ketidakpercayaannya," ungkapnya.
Baca Juga: Geger! 13 Pengurus dan Santri Ponpes Milik Miftah Diduga Lakukan Penganiayaan
Meski begitu, masih ada 19 persen masyarakat yang percaya bahwa ijazah UGM itu dipalsukan oleh dirinya. Mengenai hal itu, ia menjawab dengan santai.
"Ya, pasti ada yang pro, ada yang kontra, ada yang percaya, ada yang nggak percaya," bebernya.
Untuk itu, Jokowi menyebut akan menyerahkan pada proses hukum yang masih berjalan. Ia menyebut nantinya persoalan ini akan terang benderang di pengadilan.
"Tapi semuanya nanti kita serahkan pada proses hukum. Nanti di pengadilan akan terbuka semuanya secara jelas dan gamblang terang-benderang semuanya. Karena di situ pasti nanti ada fakta-fakta, ada bukti-bukti, ada saksi-saksi semuanya akan dibuka di sidang pengadilan ya," pungkasnya.
Sebelumnya, dilansir dari detikNews, penanganan kasus dugaan ijazah palsu Jokowi menjadi salah satu kategori yang diukur lembaga Indikator Politik Indonesia terkait tingkat kepercayaan publik atas kinerja lembaga negara dan pemberantasan korupsi. Sekitar 66 persen responden menyatakan tidak percaya Jokowi telah memalsukan ijazah.
Survei ini diikuti oleh 1.286 responden dengan wawancara melalui sambungan telepon. Metode sampel menggunakan double sampling dengan menghasilkan margin of error 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 93 persen.
Indikator Politik Indonesia lalu membagi responden ke dalam dua kelompok dalam survei kategori ini. Kelompok pertama adalah semua responden yang terlibat survei dan kelompok kedua merupakan mereka yang mengetahui kasus dugaan ijazah palsu Jokowi.
"Yang mengaku tahu kasus ini 75,9 persen. Jadi terus terang jarang kasus hukum yang menarik perhatian seluas ini. Kalau saya bulatkan, dari 10 orang Indonesia, 8 tahu kasus ijazah palsu," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, Selasa (27/5).
Baca Juga: Alasan Arab Saudi Tak Keluarkan Visa Haji Furoda Tahun Ini
Burhanuddin mengatakan pihaknya lalu bertanya kepada responden terhadap kepercayaan dugaan Jokowi memalsukan ijazah. Temuan survei itu menunjukkan baik di kelompok semua responden maupun yang mengetahui kasus mayoritas menyatakan tidak percaya Jokowi telah memalsukan ijazahnya.
"Jadi yang tidak percaya Pak Jokowi memalsukan ijazah itu 66,9 persen dari semua responden," ujar Burhanuddin.
"Sementara mereka yang mengetahui kasus ini, yang tidak percaya Pak Jokowi memalsukan ijazah itu 69,9 persen," sambungnya.