Lagi, China Laporkan Lonjakan Kasus COVID-19

R24/dev
Lagi, China Laporkan Lonjakan Kasus COVID-19
Lagi, China Laporkan Lonjakan Kasus COVID-19

RIAU24.COM - Kasus COVID-19 di China kembali mengalami kenaikan. Spesialis penyakit pernapasan Zhong Nanshan mengungkapkan kasus COVID-19 sudah mencapai puncaknya.

Dilaporkan banyak orang, khususnya orang lanjut usia, yang mencari perawatan medis dalam 48 jam karena penyakit tersebut. Pada siklus ini, virus COVID-19 lebih menular dan gejalanya mirip dengan influenza yang disertai sakit tenggorokan.

"Gelombang infeksi virus Corona ini mencapai puncaknya dan diperkirakan menurun pada bulan Juni," terang Zhong yang dikutip dari South China Morning Post.

"Dari Maret hingga Mei, jumlah orang yang terinfeksi virus Corona telah meningkat. Ini menurut data dari Hong Kong, Singapura, Inggris, Prancis, Brasil, dan Norwegia," katanya yang mengutip data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China.

Zhong mengatakan bahwa antara 31 Maret dan 4 Mei, pengujian pada pasien rawat jalan dengan gejala flu dan pasien rumah sakit dengan gejala parah telah terjadi peningkatan kasus positif, dari 7,5 persen menjadi 16,2 persen.

Berdasarkan laporan CDC China pada 8 Mei, jumlah keseluruhan penyakit infeksi pernapasan akut tetap pada tingkat rendah. Tetapi, ada tren peningkatan jumlah kasus positif pada April 2025.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua patogen yang terdeteksi adalah patogen mum yang diketahui. Sejauh ini, tidak ada temuan patogen yang tidak diketahui atau penyakit menular yang baru muncul.

Menurut CDC China, total kasus COVID-19 yang didiagnosis secara nasional sebanyak 168.507 kasus di April. Analisis sekitar 5 persen dari kasus ini menemukan bahwa semuanya adalah varian Omicron, dengan strain utama adalah seri XDV.

Meskipun kemungkinan wabah besar lainnya rendah, para ahli mendesak masyarakat untuk mengambil tindakan. Peneliti di CDC, An Zhijie menyarankan orang-orang mencuci tangan, vaksinasi, dan pergi ke rumah sakit saat menunjukkan gejala.

Zhong juga meminta orang-orang yang berisiko, seperti lansia dan orang dengan penyakit kronis, harus menggunakan masker serta menghindari tempat yang ramai dengan ventilasi udara yang buruk.

"Tidak ada cukup penelitian tentang seberapa aman dan efektif obat-obatan untuk anak-anak berusia di bawah lima tahun. Sehingga dalam kasus-kasus tersebut, para profesional medis harus meningkatkan perawatan dan observasi keperawatan," bebernya. ***

 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak