RIAU24.COM - Presiden Donald Trump mengumumkan pada hari Selasa (13 Mei) bahwa Amerika Serikat akan menghapus semua sanksi terhadap Suriah atas perintah putra mahkota Arab Saudi.
Hal ini bersamaan disaat Presiden Suriah sementara yang baru, Ahmed al-Sharaa, berusaha untuk membawa stabilitas di negara yang dilanda perang itu.
"Saya akan memerintahkan penghentian sanksi terhadap Suriah untuk memberi mereka kesempatan untuk menjadi besar," kata Trump saat berpidato di auditorium yang penuh sesak di Riyadh, Arab Saudi, menandai penampilan pertamanya selama kunjungan empat hari ke Timur Tengah.
Presiden AS membahas berbagai topik dalam pidatonya, termasuk waktunya menjabat dan hubungan AS-Timur Tengah.
"Di Suriah, yang telah melihat begitu banyak kesengsaraan dan kematian, ada pemerintahan baru yang mudah-mudahan akan berhasil menstabilkan negara dan menjaga perdamaian. Itulah yang ingin kami lihat," katanya.
"Di Suriah, mereka telah mengalami parodi, perang, pembunuhan selama bertahun-tahun. Itu sebabnya pemerintahan saya telah mengambil langkah pertama untuk memulihkan hubungan normal antara Amerika Serikat dan Suriah untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade," tambahnya.
Trump mengatakan bahwa sanksi terhadap Suriah brutal dan melumpuhkan, menambahkan bahwa sanksi tersebut tidak lagi memiliki fungsi penting.
"Sekarang, saatnya mereka bersinar," kata Trump tentang Suriah. "Kami melepas semuanya," ungkapnya lagi.
"Jadi saya katakan, Semoga berhasil Suriah. Tunjukkan kepada kami sesuatu yang sangat istimewa, seperti yang telah mereka lakukan, terus terang, di Arab Saudi," tambahnya.
Dari rezim Assad hingga pemerintahan Ahmed al-Sharaa
Negara Timur Tengah telah ditetapkan sebagai Negara Sponsor Terorisme oleh AS sejak 1979.
Suriah dihadapkan dengan sanksi tambahan oleh AS pada tahun 2004 dan lagi pada tahun 2011, setelah Presiden Bashar al-Assad saat itu melancarkan tindakan keras terhadap pemberontakan anti-pemerintah.
Pemerintahan Assad digulingkan oleh pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) pada Desember 2024 setelah lebih dari 13 tahun perang saudara, kekerasan sektarian, dan serangan teroris yang mematikan.
Setelah ini, Ahmed al-Sharaa, mantan anggota Al Qaeda yang menggambarkan dirinya sebagai reformasi, diangkat menjadi pemimpin pemerintahan transisi negara itu.
(***)