Ketika Nanas Tak Sempurna Menjadi Berkah: Jejak Ekonomi Hijau di Kampung Penyengat

R24/dev
Ketika Nanas Tak Sempurna Menjadi Berkah: Jejak Ekonomi Hijau di Kampung Penyengat
Ketika Nanas Tak Sempurna Menjadi Berkah: Jejak Ekonomi Hijau di Kampung Penyengat

RIAU24.COM - Di sebuah hamparan kebun nanas yang dikenal sebagai sentra Nanas Mahkota Siak di Provinsi Riau, terdapat kisah pilu yang menemani keseharain para petaninya. Setiap musim panen, kebun-kebun nanas di Kampung Penyengat, Sungai Apit, Kabupaten Siak selalu dilimpahi dengan buah kuning keemasan yang manis dan segar. Namun, sayangnya sekitar seperempat dari jumlah panen harus diberi label pasar kategori C yaitu buah yang tidak memenuhi kriteria mutu sehingga kurang diminati pasar. 

Siti Nurjanah (Petani Nanas Mahkota Siak) bertutur dengan suara yang mengandung nada sayang, seakan buah-buah itu adalah anak-anaknya sendiri yang diabaikan tanpa tempat di etalase pasar, “Sebenaranya dari segi rasa dan tampilan, nanas grade C ini tidak memiliki perbedaan dengan nanas grade A dan B, hanya dari segi ukuran saja yang memang lebih besar”.

 


(Keterangan foto: Salah satu petani nanas di Kampung Penyengat/Sumber. Internal RAPP)

Bagi Nurjannah dan para petani disana, setiap nanas bukan sekedar buah saja melaikan hasil peluh, doa dan semangat setiap harinya. Dari pada merelakan nanas-nanas itu membusuk di ladang atau sekedar berakhir menjadi pakan ternak atau burung walet, mereka memilih untuk tetap menjualnya dengan harga yang berkisar Rp4.000 untuk 6-8 buah walaupun hati mereka penuh iris.

Melihat persoalan ini, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui Program Community Development (CD) berkolaborasi dengan LSM Boemi Hijau Institute (BHI) dan pemerintah desa lewat Badan Usaha Milik Kampung (BUMKAMP) untuk mengadakan pelatihan diversifikasi produk olahan nanas yang nyaris tak bernilai itu menjadi nata de pina dan sirup nanas.

Khaerul Basyar (Manajer NGO Relations RAPP) mengatakan bahwa pelatihan diversifikasi produk olahan nanas ini sebagai bentuk skema kemitraan private public partnership dengan Kampung Penyengat. Diharapkan upaya ini mampu membantu masyarakat agar bisa mengembangkan olahan produk nanas nata de pina yang bernilai ekonomis tinggi sebagai usaha alternatif.

Abok (Penghulu Kampung Penyengat) dengan semangat yang tak bisa disembunyikan sambil menghirup angin segar yang selama ini dinantikan merespon positif niat baik tim CD RAPP untuk melaksanakan pelatihan diversifikasi produk turunan nanas, didukung dengan besarnya antusias dari masyarakat yang siap melangkah bersama untuk dapat mengaminkan program ini terus berlanjut dan benar-benar sukses menambah penghasilan dan memperkuat ekonomi kampung.

Muslim (CD RAPP) Regional Coordinator Kabupaten Siak dan Kepulauan Meranti) dengan rasa bangga ia ingat betul, perjalanan ini dimulai sejak tahun 2017, Kampunng Penyengat telah bergabung menjadi mitra dalam program Satu Desa Satu Produk Unggulan (One Village One Commodity/OVOC) yang dikembangkan oleh RAPP dengan nanas sebagai produk unggulan. Kini, setelah berhasil menjadi sentra dan memasok pasar lokal dan luar daerah melalui budidaya, mereka didorong naik kelas menjadi produsen nata de pina dan sirup nanas yang siap bersaing di pasar.

Pelatihan yang diselenggarakan pada 1-2 Maret 2022 bukan hanya sekedar ajang transfer ilmu biasa, tim CD RAPP akan memberikan pendamping intens selama 4 bulan mulai dari pra-produksi hingga pasca-produksi. Program ini sengaja berfokus kepada perempuan khususnya sebanyak 12 orang ibu rumah tangga sebagai peserta. Muslim dengan asanya yakin bahwa ketika perempuan diberdayakan secara ekonomi, dampaknya akan langsung terasa pada kesejahteraan keluarga.

Seperti kata pepatah, "When life gives you lemons, make lemonade." Dan itulah yang diberikan oleh tim CD RAPP kepada mayarakat Kampung Penyengat. Alih-alih menyerah pada nasib, mereka berhasil untuk membantu para petani setempat mulai melihat "nanas tak sempurna" ini bukan sebagai perkara yang besar, tetapi sebagai bahan penuh sinar untuk sebuah kreasi baru. Dari buah yang semula dianggap tak berharga, kini lahir produk turunan nanas seperti nata de pina dan sirup nanas yang menggugah selera.

Kehadiran program pemberdayaan yang dilakukan oleh tim Community Development (CD) PT. RAPP ini bukan hanya sekedar jawaban dari sebuah permasalahan saja, tapi merupakan sebuah pelumas untuk roda pergerakan ekonomi hijau sekaligus sumber pendapatan berkelanjutan masyarakat di Kampung Penyengat. Kampung Penyengat bukan hanya dikenal sebagai penghasil nanas, lebih dari itu sebagai pelopor inovasi berbasis kearifan lokal. ***

Penulis: Peter Y. P. Sipahutar

 

#APRIL2030 #APR2030 #Sustainability #SFMP2.0 #hutanlestari

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak