Dari Hutan Jadi Harapan: Upaya RAPP dan Rumah Madu Andalan Angkat Potensi Madu Sialang

R24/dev
Dari Hutan Jadi Harapan: Upaya RAPP dan Rumah Madu Andalan Angkat Potensi Madu Sialang
Dari Hutan Jadi Harapan: Upaya RAPP dan Rumah Madu Andalan Angkat Potensi Madu Sialang

Di kedalaman hutan Riau, suara lebah sialang menjadi penanda kehidupan yang terus berdetak. Dulu hanya dikenal sebagai hasil alam biasa, kini madu sialang menjelma simbol harapan baru bagi warga sekitar. Berkat kolaborasi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan Rumah Madu Andalan, potensi lokal ini tak sekadar dilestarikan, tapi juga diangkat menjadi sumber penghidupan berkelanjutan.

RIAU24.COM - Deretan pohon menjulang di tengah hutan, satu diantaranya menjulang paling tinggi dan paling besar. Melebihi pohon di sekitarnya. Pohon itu adalah pohon sialang. Sebuah pohon yang menjadi rumah bagi lebah. Pohon sialang bukan merupakan jenis pohon, melainkan sebutan untuk pohon yang ditinggali lebah. Di dahan-dahan pohon itu lebah membangun sarangnya dan menghasilkan madu.

Selain tempat bersarangnya lebah, pohon yang banyak dijumpai di hutan Riau ini juga merupakan pohon adat yang sangat dijaga keberadaannya. Sebab, tidak jarang pohon ini ditebang secara ilegal. Padahal pohon sialang diartikan sebagai simbol tuah, marwah dan kebesaran adat yang menjadi pemiliknya.

Pohon sialang benar-benar memberikan tuah. Banyak masyarakat yang menggantungkan hidup pada pohon itu. Mereka adalah para petani madu. Untuk mendapatkan madu sialang, mereka harus naik ke pohon yang tingginya 30-50 meter. Hal itu bukanlah satu hal yang mudah karena jika salah langkah sedikit, nyawa yang akan melangit. Tetapi demi menghidupi keluarga, para petani madu mesti bertaruh nyawa. Termasuk menghadapi ancaman dari sengatan lebah. Jalan terjal petani madu sialang tidak hanya bertaruh nyawa, namun juga kesulitan menjajakannya. Sebab mereka mesti bersaing dengan berbagai jenis madu.

Peran PT RAPP dan Rumah Madu Andalan

Kelompok Rumah Madu Andalan yang diinisiasi oleh PT Riau Pulp and Paper (RAPP) sejak tahun 2000 hadir memberikan solusi untuk para petani madu sialang. Rumah Madu Andalan menjadi wadah untuk mereka menyalurkan hasil panennya. Hal ini menjadi angin segar untuk mereka. Sebab, mereka tidak lagi kelimpungan mencari para pembeli.

Berjalan dari satu desa ke desa lainnya, Tengku Indra Mulyadi yang merupakan ketua Kelompok Rumah Madu Andalan sejak 2018 ini mendatangi para petani madu sialang untuk dikumpulkan dan diolah di Rumah Madu Andalan.

“Biasanya setiap desa ada 2-3 pohon sialang, dan yang terbanyak ada di desa Sangar, Kecamatan Meranti dengan total ada 58 pohon” ujar lelaki yang akrab disapa Ujang ketika di wawancarai Sabtu, (10/5/2025).

Madu madu yang sudah terkumpul itu akan diolah sehingga menjadi madu yang sudah siap konsumsi dan diberi nama “Madu Foresbi”. Penamaan Madu Foresbi ini datang dari penyebutan lebah hutan dalam bahasa Inggris namun ditulis dalam ejaan Indonesia.

“Foresbi itu sebenarnya dari penyebutan lebah hutan dalam bahasa inggris “forest bee” hanya saja dituliskan menjadi merk produk tetapi dengan ejaan dalam bahasa Indonesia menjadi foresbi” ucap Ujang sembari tertawa.

Madu Foresbi ini merupakan satu satunya produk dari Kelompok Rumah Madu Andalan ini, hanya saja tersedia dalam beberapa bentuk kemasan, mulai dari kemasan botol 1 kg hingga kemasan sachet yang mudah dibawa kemana-mana.

Dalam menjalankan Kelompok Rumah Madu Andalan ini, Ujang tidak sendiri, ia bersama dengan tujuh orang lainnya. Menariknya, terdapat satu-satunya anggota kelompok wanita, bernama Dila Permata Sari. Dila berperan penting dalam pengelolaan administrasi, keuangan, desain kemasan, hingga pemasaran madu. Perannya menunjukkan bahwa ekonomi hijau bukan hanya soal alam, tapi juga inklusi sosial, termasuk pemberdayaan perempuan.

“Saya yang urus pencatatan dan pengemasan. Penjualan juga,” ungkapnya ketika diwawancarai Kamis, (8/5/2025)

Sejak bergabung di Kelompok Rumah Madu Andalan ini, Dila merasakan banyak sekali perubahan di hidupnya. Diawali dengan keraguan yang datang dari keluarga nya karena berkecimpung dalam sektor pekerjaan yang notabenennya dilakukan oleh laki-laki dan tidak punya peluang untuk berkembang kedepannya.

“ Ya awal nya agak diragukan sih sama keluarga, tapi akhir akhir ini udah lebih didukung karena udah bisa sedikit banyak bantuin orang tua. Bahkan juga bisa sambil kuliah di Jum’at dan Sabtu” ujar sulung dari tiga bersaudara itu.

Perkembangan yang Dila rasakan, tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari RAPP hadir bukan sekadar sebagai perusahaan, melainkan sebagai mitra penggerak ekonomi hijau untuk Kelompok Rumah Madu Andalan. Adanya pelatihan pengemasan, desain logo serta Bimtek dalam mengelola administrasi dan keuangan juga difasilitasi oleh RAPP. Pendampingan tersebut dilakukan agar kelompok Rumah Madu Andalan ini bisa terus berkembang tidak hanya menjadi usaha lokal tetapi lebih luas lagi dan tetap mengikuti perkembangan teknologi saat ini.


(Proses produksi dan pengemasan madu Foresbi di Rumah Madu Andalan/Foto: aprilasia.com)

Selain itu, bentuk dukungan lain yang diberikan RAPP kepada Kelompok Rumah Madu Andalan ini dalam bentuk pembinaan pembuatan izin seperti pengurusan izin halal, BPOM, dan Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Selain pengurusan izin untuk menunjukkan kualitas produk, RAPP juga memfasilitasi alat produksi seperti mesin pengurang kadar air.  Tidak berhenti disitu, RAPP memberikan dukungannya hingga membuka akses pasar melalui jaringan mitra seperti Viera oleh-oleh, beberapa hotel di Pekanbaru, reseller hingga mendampingi kelompok ini agar tumbuh secara profesional.

RAPP juga menyiapkan sistem pendampingan jangka panjang seperti pelatihan lanjutan, hingga pembukaan pasar melalui kerja sama dengan pengusaha lokal maupun mengadakannya di ecommerse. Hasilnya, produk madu Foresbi ini mulai menembus pasar nasional. Perlahan tapi pasti, Kelompok Rumah Madu Andalan ini dan atau masyarakat setempat mulai melihat hutan bukan sebagai batas, melainkan sebagai potensi.

Dalam perjalanan Satu Dekade SMFP 2.0 , kebijakan ini telah mendorong terwujudnya ekonomi hijau berkelanjutan (sustainability) dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara bijaksana dan produktif. Melalui unit Community Development, RAPP membina kelompok-kelompok lokal untuk mengembangkan usaha berbasis potensi sekitar. Kelompok Rumah Madu Andalan adalah menjadi contoh nyata dari keberhasilan pengembangan potensi tersebut dan menjadi bukti bahwa ekonomi hijau bisa dimulai dari desa, dari hutan yang dijaga bersama, dan dari kolaborasi yang menghargai potensi lokal.

Prestasi Madu Foresbi

Kini, madu Foresbi telah dipasarkan ke hotel, swalayan, reseller, ecommerse, hingga mitra RAPP. Meski tantangan tetap ada, seperti persaingan dengan produk madu ternak yang kini lebih melimpah di pasaran, kelompok ini tetap berkomitmen mempertahankan kualitas madu sialang dan juga menjaga sumber daya hutan serta berupaya meningkatkan mutu pengolahan, kemasan, serta standar higienitas, agar madu sialang tetap menjadi pilihan bernilai tinggi di tengah pasar yang semakin kompetitif.

Madu Foresbi dari Kelompok Rumah Madu Andalan ini mendapat banyak penghargaan baik dari pemerintah seperti dinas Peternakan, Dinas Kesehatan dan atau Dinas Pariwisata. Ketika nama Madu Foresbi disebutkan dalam ajang Upakarti 2024, itu tidak hanya sekedar pengakuan untuk PT.RAPP tetapi juga pengakuan untuk tangan-tangan petani madu yang sudah berusaha keras dibalik layar, demi menorehkan harapan demi tetes demi tetes madu hutan.

Perkembangan Kelompok Rumah Madu Andalan ini merupakan bagian dari refleksi 5 tahun APRIL2030, RAPP  telah menunjukkan komitmennya dalam membangun ekonomi hijau berkelanjutan. Masyarakat Pelalawan, khususnya kelompok-kelompok usaha seperti Rumah Madu Andalan, kini memiliki kesempatan lebih besar untuk berkembang, tidak hanya sebagai pelaku ekonomi lokal, tetapi juga sebagai mitra dalam menjaga kelestarian hutan.

Bagi Ujang dan Dila, perubahan tak terjadi seketika. Namun langkah-langkah kecil yang mereka lalui kini akan membentuk jalan baru. Jalan di mana hutan tak lagi sekedar alam, akan tetapi sumber kehidupan. Munculnya kesadaran dalam menjaga hutan dan peningkatan ekonomi di lingkungan masyarakat setempat. Semua ini adalah bagian dari visi besar APRIL2030, yang ingin mewujudkan lanskap yang berkelanjutan, inklusif, dan produktif.

Seperti yang disebutkan oleh Direktur Utama RAPP saat menerima penghargaan Upakarti 2024, Sihol Aritonang, bahwa inisiatif  APRIL Group dalam membina IKM sejalan dengan tujuan perusahaan yang ingin dicapai melalui visi keberlanjutan APRIL2030. Visi ini, khususnya pada pilar kemajuan inklusif, bertujuan untuk menghapus kemiskinan ekstrem dalam radius 50 km dari wilayah operasional perusahaan dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan masyarakat.

"Penghargaan Upakarti ini memotivasi kami untuk terus memberdayakan masyarakat, khususnya di sekitar wilayah operasional serta berupaya mengembangkan bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab," ujar Sihol.

Menjaga Nyala Harapan

Lewat pendekatan kolaboratif oleh APRIL Group melalui RAPP melalui kebijakan SFMP 2.0 membuktikan bahwa menjaga hutan tidak harus bertentangan dengan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, ketika masyarakat diberdayakan, mereka menjadi penjaga paling setia dari hutan itu sendiri.

Hal ini sejalan dengan apa yang diucapkan Ujang sebagai ketua Kelompok Rumah Madu Andalan yang mengucapkan rasa terima kasih terhadap dukungan RAPP kepada kelompok pengusaha dan petani madu sialang di Pelalawan.

“Atas binaan dan dukungan RAPP ini sangat membantu bahkan 50% keuangan untuk keluarga kecil saya” ucap teguh Ujang.

Tidak hanya Ujang yang merasakan, namun juga Dila sebagai satu satunya anggota kelompok perempuan bisa turut mencari nafkah dan juga menjaga hutan dalam waktu yang bersamaan.

“Perempuan juga bisa cari nafkah tanpa merusak hutan,” kata Dila penuh semangat.

Di balik botol-botol madu yang diproduksi secara higienis dan legal ini, tersimpan tekad untuk membuktikan bahwa hutan bisa menjadi sumber kesejahteraan tanpa harus dikorbankan. ***

 

Penulis : Khairiah, Mahasiswi Ilmu Komunikasi - Universitas Riau

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak