RIAU24.COM - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Prof Rhenald Kasali mengkritisi kondisi dalam negeri terkait keberanian China menghadapi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, untuk menjadi China, Indonesia belum siap dan harus menyelesaikan PR-nya sendiri dikutip dari rmol.id, Minggu 13 April 2025.
PR yang harus diselesaikan itu seperti korupsi, premanisme, birokrasi perdagangan yang rumit, politisasi hukum, hingga penerapan tarif diskriminatif.
"Tetapi hari ini memang pilihan kita hanya dua, retaliasi atau balas dendam, yang kedua adalah bagaimana kita melakukan negosiasi," ujarnya.
Tambahnya, keberanian China menghadapi kebijakan tarif AS buah dari membangun fondasi ekonomi sejak lama.
"Keberanian China menghadapi Amerika barangkali suatu ketika akan hadir juga di sini (Indonesia) kalau kita sudah selesaikan PR kita," sebutnya.
Ketika negara lain memilih jalur negosiasi untuk menghadapi AS, China memilih tindakan balasan.
Donald Trump, menerapkan tarif impor hingga 145 persen terhadap produk-produk asal China.
Langkah itu langsung dibalas China dengan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap barang-barang AS.
Ketika ekspor dibatasi, China merespons dengan melarang pembelian produk-produk penting dari AS.
"Mereka punya hubungan dengan berbagai negara dari Afrika, negara Asia, kemudian juga dengan negara Amerika Latin dan Eropa," sebutnya.