Rocky Gerung Salahkan Jokowi Sebab Indonesia Lumpuh Hadapi Perang Tarif Donald Trump 

R24/zura
Rocky Gerung Salahkan Jokowi Sebab Indonesia Lumpuh Hadapi Perang Tarif Donald Trump.
Rocky Gerung Salahkan Jokowi Sebab Indonesia Lumpuh Hadapi Perang Tarif Donald Trump.

RIAU24.COM -Kekhawatiran terhadap daya tahan ekonomi Indonesia menghadapi perang tarif Presiden Trump mulai mencuat. 

Bahwa dampak global sudah terlihat, dan Indonesia berisiko terdampak berat karena kurangnya kekuatan diplomasi dan kondisi domestik.

Negara-negara seperti Vietnam dan Thailand sudah mencari solusi pasar alternatif untuk produk mereka. Indonesia dinilai lambat dan perlu strategi diplomatik kuat untuk menyiasati kondisi global yang proteksionis.

Langkah hilirisasi ekonomi oleh Prabowo disorot, tetapi ditekankan bahwa tanpa pasar yang menyerap produk jadi, hilirisasi akan sia-sia. Daya tawar dan diplomasi dianggap lebih krusial.

Target pertumbuhan ekonomi direvisi dari 8% ke 5%, dengan dampak kemiskinan bahkan di kalangan atas. Kekacauan ekonomi global ini bisa memicu keresahan sosial jika tidak ditangani secara rasional.

Pemerintahan Jokowi disalahkan karena mewariskan ekonomi dengan banyak "komorbid". Kondisi fiskal dan infrastruktur dinilai tidak memperkuat daya tahan negara terhadap krisis global.

Kritik keras karena posisi Duta Besar RI di Washington kosong selama 2 tahun. Ini dianggap fatal karena tidak ada saluran diplomasi langsung menghadapi kebijakan proteksionis Trump.

Pengamat politik Rocky Gerung menilai Presiden Joko Widodo atau Jokowi adalah dalang di balik tidak berdayanya Indonesia dalam menghadapi perang dagang dan kebijakan tarif resiprokal yang dilayangkan oleh Amerika Serikat (AS).

Hal itu disampaikan Rocky lewat akun YouTube Rocky Gerung Official berjudul 'Tetap Jokowi yang Harus Disalahkan, Warisannya Bikin Negara Gak Berdaya Hadapi Perang Tarif Trump'pada Minggu, 6 April 2025.

Menurutnya ketidakberdayaan Indonesia dalam menghadapi perang dagang dan kebijakan tarif resiprokal AS itu tidak terlepas dari lemahnya pemerintah 10 tahun Presiden Jokowi.

Buzzer-buzzer Jokowi, kata Rocky, sudah pasti tidak terima dengan analisanya tersebut. Namun Rocky menekankan apa yang terjadi saat ini memang merupakan dampak dari pemerintahan sebelumnya.

"Semua orang akan melihat bahwa ini kesempatan untuk mempersoalkan kembali apa penyebab sehingga Indonesia terpuruk hari ini bahwa fundamentalnya sebetulnya ee lemah dari 10 tahun yang lalu Siapa yang mesti disalahkan Nah selalu orang
akan pergi pada Jokowi kan Itu yang selalu diolah-olah oleh baser-baser Jokowi Jokowi lagi Jokowi lagi Ya memang begitu cara berpikirnya dungu," Ucap Rocky. 

Rocky juga membandingkan kondisi Indonesia dengan beberapa negara Asia lainnya. Seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Korea Selatan yang menurutnya lebih gagah dalam menghadapi perang dagang dan kebijakan tarif resiprokal AS.

Persoalan ini, kata Rocky, pasti akan menjadi pembicaraan hangat di ruang publik.

"Jadi kemampuan kita untuk melihat politik di dalam keadaan turbulensi ekonomi memungkinkan kita mengevaluasi kembali mengapa Indonesia terjebak atau tidak bisa segagah ee Vietnam misalnya atau langsung e Malaysia Singapura yang ee langsung pergi ke Amerika atau Korea yang memang diproteksi oleh ee Amerika Jadi semua itu pasti ada dalam pembicaraan publik hari-hari Nah masalahnya adalah siapa yang akan mengucapkan itu hari-hari ini pada rakyat Indonesia dan pada dunia Sementara kondisi kita sebetulnya belum belum selesai konsolidasi ee ekonomi dalam negeri dan politik dalam negeri Sementara harus menghadapi situasi turbuling global yang ee menurut saya harus dipahami ini bahwa selain menghadapi serangan balasan dari negara-negara yang dikenakan tarif tinggi ee Trump juga itu mendapat protes besar-besaran dari dalam negeri," ucap Rocky Gerung melansir YouTube Channel @RockyGerungOfficial, Selasa, (8/4). 

Perang Tarif 

Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan rencana kenaikan tarif sedikitnya 10 persen terhadap berbagai barang impor dari banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia pada Rabu (2/4/2025).

Berdasarkan data yang dirilis, Indonesia berada di urutan kedelapan dalam daftar negara-negara yang berpotensi terkena dampak kenaikan tarif AS, dengan besaran mencapai 32 persen.

Kebijakan ini juga menyasar sekitar 60 negara lainnya yang dianggap memberlakukan tarif yang lebih tinggi terhadap produk-produk AS (tarif timbal balik).

Presiden Trump menyatakan bahwa kebijakan tarif resiprokal ini bertujuan untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri AS. Ia dan para pejabat pemerintahannya berpendapat bahwa AS selama ini telah 'dirugikan' oleh praktik perdagangan yang dianggap tidak adil oleh banyak negara mitra dagangnya.

Potensi pengenaan tarif yang tinggi oleh AS tentu menjadi perhatian serius bagi Indonesia. AS merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia, dan kebijakan tarif dapat berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor nasional.

Beberapa sektor industri yang berorientasi ekspor ke AS berpotensi mengalami penurunan daya saing akibat kenaikan biaya masuk produk.

Selain itu, kebijakan ini juga dapat memicu ketidakpastian dalam iklim investasi dan perdagangan global. Perang dagang antara negara-negara besar dapat mengganggu rantai pasok global, meningkatkan biaya produksi, dan pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Prabowo Buka Perundingan dengan Amerika

Sementara Presiden Prabowo Subianto menyatakan pemerintah tidak akan tinggal diam dalam menghadapi potensi perang dagang dan kebijakan tarif resiprokal yang dilayangkan AS.

Hal itu ditekan Prabowo saat melakukan kunjungan kerja dan panen raya di Majalengka, Jawa Barat, pada Senin (7/4/2025).

Menurutnya, Indonesia telah mengambil langkah proaktif dengan mengirimkan utusan untuk melakukan perundingan yang setara dan adil dengan pihak AS.

"Kita akan berunding dengan semua negara, kita juga akan buka perundingan sama Amerika. Kita akan menyampaikan kita ingin hubungan yang baik, kita ingin hubungan yang adil, kita ingin hubungan yang setara, jadi tidak ada masalah," ujar Presiden Prabowo, yang pernyataannya disiarkan langsung melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Prabowo memahami bahwa kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh AS merupakan keputusan yang diambil oleh pemimpin negara tersebut dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan industri di dalam negeri mereka.

Namun, Indonesia juga memiliki tanggung jawab yang sama untuk memastikan kepentingan rakyatnya dapat terakomodir dalam setiap kesepakatan perdagangan internasional.

Oleh karena itu, dalam perundingan yang akan dilakukan, delegasi Indonesia akan memprioritaskan langkah-langkah yang serupa, yaitu untuk melindungi dan memajukan kepentingan ekonomi nasional.

Prabowo menegaskan bahwa Indonesia akan menyampaikan posisinya secara jelas dan lugas kepada pihak AS.

"Pemimpin Amerika mementingkan kepentingan rakyat mereka, kita juga memikirkan rakyat kita. Tidak perlu ada rasa kecewa, tidak perlu ada rasa kuatir, kita percaya dengan kekuatan kita sendiri," tegas Presiden Prabowo.

Presiden Prabowo menyatakan bahwa apabila dalam proses perundingan ditemukan kesepakatan yang rasional dan alasan yang dapat diterima terkait dengan pengenaan tarif resiprokal, maka Indonesia akan menghormati keputusan tersebut.

Sikap ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap prinsip saling menghormati dan mencari solusi yang saling menguntungkan dalam hubungan internasional.

Di tengah potensi tantangan ekonomi akibat perang dagang, Prabowo tetap menyampaikan pandangan yang optimis terhadap masa depan Indonesia.

Beliau meyakini bahwa dengan persatuan dan kerja keras, bangsa Indonesia mampu melewati setiap gejolak dan bangkit menjadi negara yang semakin maju dan berdaya saing.

Dia juga memberikan semangat kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak gentar menghadapi tantangan yang mungkin timbul. Beliau menekankan pentingnya ketahanan nasional dan kepercayaan pada kekuatan sendiri dalam menghadapi situasi global yang tidak pasti.

(***) 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak