RIAU24.COM -Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah di tengah memanasnya perang dagang usai pengumuman tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump untuk sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (4/4/2025) hingga pukul 20.53 WIB, kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di pasar luar negeri jeblok ke level Rp17.006 per dolar AS, atau turun 1,58 persen.
Menanggapi hal tersebut, pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa salah satu faktor anjloknya nilai tukar rupiah adalah akibat data tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat malam lebih bagus dari perkiraan.
"Banyak data fundamental yang memengaruhi pelemahan mata uang rupiah. Salah satunya adalah rilis data tenaga kerja di Amerika Serikat. Datanya di luar ekspetasi, lebih baik dibandingkan dengan data sebelumnya," ucap Ibrahim, dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu, (5/4/2025).
Selain itu, lanjut dia, testimoni The Fed menyebutkan terlalu dini untuk menurunkan suku bunga saat ini dalam kondisi ekonomi global sedang bermasalah dan inflasi yang masih tetap tinggi.
The Fed semula diperkirakan menurunkan suku bunga tiga kali sebesar 75 basis poin, yang kemungkinannya tidak akan terealisasi.
"Ini membuat indeks dolar AS kembali mengalami penguatan yang cukup signifikan," ucap Ibrahim.
Terkait perang dagang, ia mencermati perlawanan yang dilakukan negara-negara terdampak kebija
(***)