RIAU24.COM - Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam Kalimantan Timur bermitra dengan Conservation Action Network (CAN) Indonesia untuk mendirikan pusat penyelamatan satwa liar di Kabupaten Berau, yang didedikasikan untuk merehabilitasi dan melindungi spesies yang terancam punah.
Dinamakan Pusat Penyelamatan Satwa Liar Long Sam, fasilitas tersebut akan berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi siamang, monyet, beruang madu, trenggiling, burung enggang, dan spesies burung endemik Kalimantan lainnya. Fasilitas ini dirancang untuk menyelamatkan, merehabilitasi, dan melatih kembali hewan yang terluka, terlantar, atau membutuhkan perawatan khusus.
Kebutuhan Mendesak Pusat Penyelamatan Satwa Liar
Menurut Ari Wibawanto, Kepala Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam, Kalimantan Timur sangat membutuhkan pusat khusus untuk menyelamatkan satwa yang terjebak dalam konflik manusia dan satwa liar.
“Hewan-hewan yang diselamatkan akan dirawat dan dilatih sebelum dilepaskan kembali ke alam liar,” kata Ari, Sabtu.
Ia menambahkan bahwa Long Sam menyediakan tempat berlindung yang aman bagi hewan yang terkena dampak perburuan liar, perusakan habitat, dan perubahan iklim. Meski bukan pusat rehabilitasi orangutan, fasilitas tersebut juga akan membantu evakuasi dan penyelamatan orangutan bila diperlukan.
“Melihat situasi saat ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap konservasi satwa liar sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keanekaragaman hayati,” imbuh Ari.
Lebih dari Sekadar Orangutan: Melindungi Spesies Terancam Punah Lainnya
Kalimantan sering dikaitkan dengan orangutan, tetapi banyak spesies terancam punah lainnya menghadapi ancaman yang semakin meningkat, menurut Paulinus Kristianto, pendiri CAN Indonesia.
“Hutan Kalimantan Timur adalah rumah bagi banyak hewan yang terancam punah, bukan hanya orangutan. Ekosistem yang sehat mencakup berbagai spesies, namun banyak yang terancam karena hilangnya habitat dan perburuan liar,” kata Paulinus.
Salah satu spesies yang paling rentan adalah trenggiling, yang perburuannya telah meningkat drastis. Siamang juga memerlukan perhatian khusus, karena mereka, seperti orangutan, perlu diajarkan keterampilan bertahan hidup sebelum dilepaskan kembali ke alam liar.
“Itulah sebabnya kami mendirikan Pusat Penyelamatan Satwa Liar Long Sam. Banyak hewan yang berjuang untuk bertahan hidup karena habitat alami mereka menyusut. Tanpa intervensi, peluang mereka untuk bertahan hidup sangat tipis,” jelas Paulinus.
Selain menyediakan tempat berteduh, Long Sam juga bertujuan untuk mendidik masyarakat setempat tentang pentingnya konservasi. Program pelatihan dan kerja sama dengan sekolah akan membantu meningkatkan kesadaran generasi muda tentang perlindungan lingkungan.
Kebutuhan akan Hutan Pelepasan Satwa
Liar Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya konservasi satwa liar adalah ketersediaan hutan yang sesuai untuk melepaskan satwa yang telah direhabilitasi. Paulinus menekankan bahwa hutan lindung sangat penting bagi kelangsungan hidup satwa liar dalam jangka panjang.
"Setelah direhabilitasi, satwa ini membutuhkan hutan yang aman dan sehat untuk kembali. Namun, hutan ini juga harus dipantau dan dilindungi," katanya pada hari Minggu.
Sayangnya, penggundulan hutan, alih fungsi lahan untuk perkebunan, dan perubahan iklim dengan cepat menyusutkan habitat yang tersisa di Indonesia. Hilangnya habitat ini secara langsung mengancam kemampuan untuk mengembalikan satwa liar yang diselamatkan ke lingkungan alaminya.
Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam serta organisasi lingkungan lainnya menghimbau pemerintah dan masyarakat untuk memprioritaskan perlindungan dan pemulihan hutan. Mereka menekankan bahwa tanpa ekosistem hutan yang sehat dan terhubung, upaya konservasi tidak akan berhasil.
“Tanpa hutan, penyelamatan satwa liar menjadi sia-sia. Kita harus memastikan bahwa pelepasan satwa liar dilakukan di kawasan lindung tempat mereka dapat berkembang biak,” pungkas Paulinus.
Untuk memperkuat upaya konservasi, peran masyarakat setempat menjadi semakin penting. Melalui kampanye pendidikan dan penyadaran, diharapkan masyarakat akan berperan aktif dalam melindungi hutan sebagai habitat penting bagi spesies yang terancam punah. ***