RS di China Luncurkan Layanan Pengobatan untuk Anak yang Tak Jago Matematika

R24/dev
RS di China Luncurkan Layanan Pengobatan untuk Anak yang Tak Jago Matematika
RS di China Luncurkan Layanan Pengobatan untuk Anak yang Tak Jago Matematika

RIAU24.COM - Sebuah rumah sakit di Shanghai, China menjadi pembicaraan setelah meluncurkan sebuah klinik khusus untuk membantu anak-anak yang kesulitan belajar matematika. Klinik tersebut memberikan strategi intervensi holistik yang salah satunya mencakup pengobatan.

The Shanghai Children's Medical Center membuka sebuah klinik khusus kesulitan belajar matematika dan spasial pada 8 Oktober. Klinik ini akan dikelola khusus tim kesehatan mental rumah sakit bekerja sama dengan Institut Psikologi dan Ilmu Perilaku dari Universitas Jiao Tong Shanghai.

Menurut pihaknya, kemampuan kognitif spasial memainkan peran penting dalam kapasitas siswa untuk mengatasi masalah matematika, khususnya geometri.

Studi neuroimaging telah mengungkapkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam geometri, memiliki area parietal otak yang menunjukkan penurunan aktivitas. Area parietal otak terkait dengan penalaran spasial.

Klinik tersebut juga mengklaim defisit dalam persepsi spasial dan imajinasi dapat berdampak buruk pada kinerja siswa dalam pelajaran seperti aljabar, fisika, dan kimia.

Dalam praktiknya, mereka akan berusaha mengungkap akar penyebab kesulitan anak belajar melalui pemeriksaan dan penilaian menyeluruh. Setelah diagnosis diberikan, klinik tersebut akan menawarkan strategi intervensi yang dinilai dapat dilakukan meliputi evaluasi diagnostik, panduan intervensi, edukasi orang tua, hingga manajemen pengobatan.

Klinik tersebut mematok biaya 316 yuan (Rp 708 ribu) per pasien. Mereka mengatakan bahwa klinik ini tidak hanya melayani anak-anak saja, melainkan juga orang dewasa yang mengalami masalah belajar.

"Jika kita dapat mengidentifikasi secara akurat alasan di balik lemahnya penalaran spasial siswa melalui analisis medis yang tepat dan membuat penyesuaian yang diperlukan, hal itu akan bermanfaat bagi studi mereka dalam matematika," kata salah satu guru bernama Zhang yang mendukung hal tersebut, dikutip dari SCMP, Selasa (8/10/2024).

Meski ada yang mendukung, ada juga guru yang kurang setuju dengan metode klinik tersebut. Mereka beranggapan penanganan masalah sulit belajar memiliki perbedaan mendasar dengan penanganan penyakit.

"Ada perbedaan mendasar antara kesulitan belajar matematika dan penyakit. Berbagai faktor berkontribusi terhadap kinerja yang buruk dalam matematika, termasuk metode yang tidak efektif, kurangnya minat, dan pengajaran berkualitas rendah, tetapi tidak ada faktor fisiologis yang terlibat," kata guru yang tidak disebutkan namanya. *** 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak