RIAU24.COM - Australia akan segera menerapkan salah satu aturan usia media sosial terketat di dunia, dan YouTube pun membalasnya dengan keras.
Pada hari Rabu (3 Desember), raksasa media sosial tersebut mengecam Australia, dengan mengatakan bahwa larangan baru terhadap anak di bawah 16 tahun akan berdampak sebaliknya dari klaim pemerintah dan justru dapat membuat anak-anak kurang aman saat daring.
Apa yang dilakukan undang-undang baru ini?
Dalam undang-undang yang pertama kali berlaku, mulai 10 Desember, siapa pun yang berusia di bawah 16 tahun di Australia akan diblokir dari membuat atau menggunakan akun di platform sosial utama.
Platform tersebut termasuk Facebook, Instagram, TikTok, Snapchat, dan YouTube.
Anak-anak masih dapat mengunjungi beberapa situs tanpa masuk, tetapi banyak fitur inti akan hilang.
Di YouTube, mereka akan kehilangan akses ke fitur-fitur seperti pengaturan kesejahteraan dan filter keamanan.
Pemerintah berpendapat hal ini diperlukan karena algoritma media sosial mendorong konten berbahaya kepada pengguna muda, dan orang tua tidak dapat memantau semuanya.
Menteri Komunikasi Anika Wells bahkan menyebut lingkungan daring sebagai semacam ‘purgatory’ bagi remaja, yang dibentuk oleh algoritma yang menyasar rasa tidak aman mereka.
Menurut pemerintah Australia, larangan tersebut akan jauh dari sempurna sejak awal. Beberapa anak mungkin akan lolos, tetapi undang-undang ini memberi regulator lebih banyak wewenang untuk memaksa platform berubah.
Perusahaan yang tidak mengambil apa yang dianggap otoritas sebagai langkah-langkah wajar untuk mematuhinya dapat dikenakan denda sebesar $49,5 juta (US$32 juta).
Mengapa YouTube marah besar?
YouTube mengatakan undang-undang tersebut terburu-buru, salah arah, dan didasarkan pada kesalahpahaman tentang bagaimana anak muda menggunakan platform tersebut.
Manajer kebijakan publik perusahaan, Rachel Lord, mengatakan berdasarkan aturan baru, YouTube harus secara otomatis mengeluarkan semua pengguna Australia yang berusia di bawah 16 tahun, berdasarkan usia yang tercantum di akun Google mereka.
"Undang-undang ini tidak akan memenuhi janjinya untuk membuat anak-anak lebih aman saat daring, dan justru akan membuat anak-anak Australia kurang aman di YouTube," ujarnya.
Anak-anak masih bisa menonton video tanpa perlu masuk, tetapi mereka akan kehilangan fitur-fitur yang seharusnya membuat platform lebih aman, termasuk filter konten dan pengaturan kesejahteraan digital.
YouTube berpendapat bahwa penghapusan fitur-fitur ini justru akan membuat remaja lebih rentan, bukan sebaliknya.
"Kami telah mendengar dari orang tua dan pendidik yang memiliki kekhawatiran serupa," kata Lord.
YouTube berharap dapat menghindari larangan tersebut sepenuhnya.
Platform ini awalnya dianggap sebagai pengecualian karena banyak siswa mengandalkannya untuk video edukasi.
Namun, pemerintah memperketat pendiriannya pada bulan Juli, dengan menyatakan bahwa pengguna muda perlu dilindungi dari algoritma predator.
Apa yang terjadi pada akun anak-anak?
YouTube mengatakan tidak akan menghapus apa pun.
Sebaliknya, mereka akan mengarsipkan akun di bawah umur hingga pengguna berusia 16 tahun.
Saat mereka kembali, semua konten dan pengaturan mereka akan tersedia.
"Di YouTube, kami percaya untuk melindungi anak-anak di dunia digital, bukan dari dunia digital," kata pihak YouTube.
Australia membalas YouTube
Wells menepis keluhan perusahaan tersebut sebagai ‘aneh sekali,’ dengan alasan bahwa jika YouTube menyatakan pengalaman keluarnya tidak aman, itu adalah masalah YouTube yang harus diperbaiki.
"Jika YouTube mengingatkan kita semua bahwa situsnya tidak aman dan ada konten yang tidak pantas untuk pengguna dengan batasan usia di situs web mereka, itu adalah masalah yang perlu diperbaiki YouTube," ujarnya.
Apakah larangan itu benar-benar akan berhasil?
“Saat ini, algoritma akan menyerang mereka dengan sangat cekatan dan halus, sehingga menyerupai pelukan. Interaksi mereka akan tanpa pengawasan dan dipersenjatai karena orang tua mereka tidak dapat mengawasi mereka 24/7," ujar Menteri Komunikasi Wells kepada para wartawan.
"Dengan satu undang-undang, kita bisa melindungi Generasi Alpha agar tidak terseret ke dalam api penyucian oleh algoritma predator," ujarnya.
Ia mencatat bahwa beberapa remaja telah bunuh diri karena algoritma menempel dan menargetkan mereka dengan konten yang menguras harga diri mereka.
Australia mengakui peluncurannya akan rumit.
Remaja yang lebih muda mungkin menemukan solusi.
Wells mengatakan bahwa negara tersebut terbuka untuk memblokir lebih banyak platform jika ditemukan anak-anak bermigrasi ke platform alternatif.
Undang-undang penting ini dapat memicu legislasi serupa di tempat lain.
Malaysia sudah merencanakan aturan serupa, dan Selandia Baru pun bergerak ke arah yang sama.
(***)