Diterjang Badai, Korban Selamat, Tiga Kapal Pompong Nelayan Desa Muntai Bengkalis Tenggelam

R24/hari
Diterjang Badai, Korban Selamat, Tiga Kapal Pompong Nelayan Desa Muntai Bengkalis Tenggelam
Diterjang Badai, Korban Selamat, Tiga Kapal Pompong Nelayan Desa Muntai Bengkalis Tenggelam

RIAU24.COM - BENGKALIS - Sekitar 3 pompong yang berawak 6 orang nelayan asal warga Desa Muntai, kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis yang sedang melakukan aktivitas menjaring ikan diperairan Muntai - Selat Melaka tenggelam setelah di hantam badai (angin barat red,) di sertai gelombang besar, Senin 20 Oktober 2025 kemarin sekira pukul 20.00 Wib.

Salah seorang korban diketahui bernama Fendi Rahman dan 5 orang temannya itu sedang melakukan aktivitas menjaring ikan di laut pada malam hari.

Setelah kejadian itu, para korban dinyatakan selamat setelah ditolong oleh para nelayan tempatan sekitar pukul 02.00 dinihari.

Para korban sempat terombang ambing dengan kondisi kapal pompong yang mengalami pecah dibagian haluan serta dipenuhi air.

Kepala Desa Muntai Muhammad Nurin saat di konfirmasi wartawan Riau24.com membenarkan atas peristiwa tersebut, Rabu 22 Oktober 2025.

"Ada sekitar 3 kapal pompong nelayan yang menjadi korban angin barat dan gelombang tinggi pada malam itu. Alhamdulilah semua korban selamat sebanyak 6 orang setelah ditolong oleh nelayan usai dilakukan pencarian hingga pukul 02.00 dinihari," ungkap Kades Muntai M Nurin.

"Sedangkan untuk satu pompong lagi, mereka terus melawan gelombang hingga sampai ke pinggir pantai agar menyelamatkan diri dengan kondisi pompong pecah dan penuh air,"cerita Nurin lagi.

Diungkapkan Nurin, malam yang kelam menyelimuti di Selat Malaka Senin (20/10/2025) itu dan sekitar pukul 20.00 WIB, cuaca yang semula tenang tiba tiba berubah drastis dengan turunnya Angin Barat disertai gelombang besar.

Gelombang yang besar kemudian menggulung ganas tanpa ampun langsung menerjang perahu perahu nelayan dari Desa Muntai yang tengah mencari nafkah di tengah lautan pada malam hari.

Dalam hitungan menit, situasi berubah menjadi mimpi buruk. Perahu-perahu nelayan Muntai dihantam dan diobrak-abrik oleh keganasan badai.

"Semua alat tangkap korban dan termasuk jaring para nelayan yang menjadi tumpuan hidup mereka rusak parah setelah terseret arus lautan atau gelombang besar,"ujar Nurin.

"Kejadian itu kondisi gelap pekat dan badai yang memekakkan telinga, kami para nelayan hanya memiliki satu fokus yaitu keselamatan jiwa kami. Kami berjibaku habis habisan, melawan terjangan ombak dan angin,"cerita korban Fendi Rahman.

Berkat perjuangan keras kami dan pertolongan Tuhan, kami para nelayan Muntai satu per satu berhasil mencapai pantai dalam keadaan utuh dan selamat.

"Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa," ujar salah satu nelayan yang berhasil selamat.

Diketahui, mereka kembali ke daratan sebagai penyintas, tetapi harus menelan pil pahit karena merelakan seluruh harta dan mata pencaharian mereka harus lenyap ditelan badai.

Peristiwa ini juga menjadi ujian berat, pengingat akan kekuatan alam yang maha dahsyat. Dan cobaan ini juga menegaskan kembali bahwa pentingnya rasa syukur karunia nyawa yang masih selamat dikandung badan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak