RIAU24.COM - Otoritas Iran pada hari Sabtu (5 Oktober) melaksanakan eksekusi terhadap enam terpidana mati karena diduga melakukan serangan, termasuk pengeboman, di wilayah barat daya negara yang kaya minyak atas nama Israel.
Jumlah ini disebut-sebut sebagai yang tertinggi dalam serangkaian eksekusi yang dilakukan Iran dalam beberapa bulan terakhir.
Eksekusi tersebut dilakukan setelah perang 12 hari antara Iran dan Israel berakhir pada bulan Juni dengan mediasi presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menurut pejabat Iran, orang-orang itu membunuh petugas polisi dan pasukan keamanan, dan melakukan ledakan di beberapa lokasi sekitar Khorramshahr di provinsi Khuzestan yang bergolak di Iran, demikian dilaporkan Associated Press.
Klip salah satu pria yang berbicara tentang serangan itu juga ditayangkan di televisi pemerintah Iran yang mengklaim ini adalah pertama kalinya rincian tersebut dibuat publik.
Menurut Associated Press, eksekusi tersebut juga dikonfirmasi oleh kelompok Kurdi bernama Organisasi Hengaw untuk Hak Asasi Manusia.
Kelompok tersebut mengidentifikasi mereka sebagai ‘tahanan politik Arab’ yang ditahan selama protes pada tahun 2019.
Berbicara lebih lanjut, kelompok itu mengatakan mereka dituduh memiliki hubungan dengan Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Ahvaz, yang berada di balik serangan terhadap jaringan pipa minyak di barat daya Iran di masa lalu.
“Keenam pria tersebut menjadi sasaran penyiksaan berat dan dipaksa memberikan 'pengakuan' di televisi di bawah tekanan,” kata Hengaw kepada kantor berita tersebut.
Eksekusi terbaru
Sebelumnya pada bulan Juni, Iran mengeksekusi tiga orang karena menjadi mata-mata untuk Tel Aviv.
Iran juga menyatakan bahwa 700 orang ditangkap karena memiliki hubungan dengan Israel.
Penangkapan dan eksekusi agen yang diduga terkait dengan dinas intelijen asing, termasuk musuh bebuyutannya Israel, kerap terjadi di Iran.
Setelah perang dengan Israel dimulai pada 13 Juni, Teheran berjanji untuk mengambil tindakan cepat terhadap orang-orang yang memiliki hubungan dengan Israel.
Khususnya, kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International telah menempatkan Iran di urutan kedua dalam daftar algojo paling produktif di dunia setelah China.
(***)