Sanksi PBB akan Diberlakukan Kembali Terhadap Iran Terkait Larangan Aktivitas Nuklir

R24/tya
Presiden Iran Masoud Pezeshkian /AFP
Presiden Iran Masoud Pezeshkian /AFP

RIAU24.COM Sanksi ekonomi dan militer PBB yang luas akan segera diberlakukan kembali terhadap Iran, satu dekade setelah sanksi tersebut dicabut dalam kesepakatan internasional penting terkait program nuklirnya.

Sanksi ini muncul setelah Inggris, Prancis, dan Jerman menulis surat kepada Dewan Keamanan PBB bulan lalu, menuduh Iran gagal memenuhi komitmennya.

Langkah ini memicu mekanisme yang memberi Iran waktu 30 hari untuk menemukan solusi diplomatik guna menghindari sanksi baru.

Sebagai tanggapan, Teheran kini telah menarik duta besarnya untuk Inggris, Prancis, dan Jerman, demikian laporan media pemerintah Iran.

Iran telah memperingatkan bahwa sanksi atas tuduhan pelanggaran perjanjian tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia yang bertujuan menghentikan pengembangan bom nuklir akan ditanggapi dengan respons keras.

Berakhirnya kesepakatan nuklir kemungkinan akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, hanya beberapa bulan setelah Israel dan AS mengebom situs nuklir Iran.

Namun, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengecilkan hal tersebut, mengatakan kepada para wartawan sebelum meninggalkan New York pada hari Jumat, "Ini bukan seperti langit akan runtuh."

Sanksi tersebut akan diberlakukan kembali setelah Inggris, Prancis, dan Jerman, yang dikenal sebagai E3, memicu apa yang disebut proses snapback 30 hari yang lalu dengan menuduh Teheran melanggar kesepakatan nuklir 2015.

Iran membantah sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.

"Hal itu melanggar hukum dan tidak dapat dilaksanakan," ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada para wartawan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Sabtu.

Ia seraya menambahkan bahwa telah menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dengan peringatan bahwa akan menjadi kesalahan besar jika ia mengakui kembalinya sanksi PBB terhadap Iran.

Kekuatan Eropa telah menawarkan untuk menunda penerapan kembali sanksi hingga enam bulan untuk memungkinkan pembicaraan mengenai kesepakatan jangka panjang jika Iran memulihkan akses bagi inspektur nuklir PBB, mengatasi kekhawatiran tentang stok uranium yang diperkaya, dan terlibat dalam pembicaraan dengan AS.

Teheran memperingatkan akan adanya respons keras, tetapi Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan pada hari Jumat bahwa Iran tidak berniat meninggalkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.

Iran mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka akan memanggil pulang duta besarnya untuk Inggris, Prancis, dan Jerman untuk berkonsultasi.

Perekonomian Iran sudah terpuruk dan mata uangnya terus melemah akibat kekhawatiran akan sanksi baru.

Rial jatuh ke level 1.123.000 per dolar AS, level terendah baru, pada hari Sabtu, dari sekitar 1.085.000 pada hari Jumat.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak