RIAU24.COM - Sedikitnya sembilan kepala babi ditemukan di depan sejumlah masjid di wilayah Paris pada Selasa (9/9). Hal ini semakin memicu kekhawatiran atas meningkatnya kebencian anti-Islam di negara itu.
Beberapa kepala babi yang ditemukan itu bertuliskan nama belakang Presiden Emmanuel Macron.
Penyelidikan tengah dilakukan oleh otoritas penegak hukum Prancis terhadap temuan tersebut, dengan Kepala Kepolisian Paris Laurent Nunez, seperti dilansir AFP, Rabu (10/9), menyebut aksi semacam itu "tercela".
"Kepala-kepala babi telah ditinggalkan di depan beberapa masjid... Empat di Paris dan lima di pinggiran kota," kata Nunez dalam konferensi pers pada Selasa (9/9) waktu setempat.
Baca Juga: Protes Generasi Z Nepal atau Pemberontakan Nasional? Inilah yang Terjadi di Negara Himalaya Tersebut
Dia menambahkan bahwa pihak kepolisian tidak "menutup kemungkinan untuk menemukan lebih banyak lagi" temuan serupa.
Kepolisian Paris telah membuka penyelidikan terhadap temuan-temuan kepala babi di luar masjid setempat itu. Untuk saat ini, sebut Nunez, penyelidikan fokus pada dugaan penghasutan kebencian yang diperburuk oleh diskriminasi rasial atau agama.
Kantor kejaksaan Paris mengatakan kepada AFP bahwa beberapa kepala babi yang ditemukan di luar masjid itu ditulisi nama belakang Macron dengan tinta biru.
Nunez mengatakan mungkin ada kesamaan dengan insiden-insiden masa lalu yang terkait dengan "campur tangan asing". Namun dia juga menyerukan "kehati-hatian yang ekstrem" dalam penyelidikan kasus ini.
Temuan kepala babi di luar masjid itu menuai kecaman dari para pemimpin politik dan masyarakat di Prancis. Macron, menurut kantor kepresidenan Prancis, telah bertemu dengan perwakilan komunitas Muslim di Paris setelah insiden tersebut untuk menyatakan "dukungannya".
Baca Juga: Meditasi Mahal: Qatar Sang Pembawa Perdamaian Diserang oleh Kedua Belah Pihak yang Bertikai
Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, mengecam aksi semacam itu sebagai "aksi rasis, dan mengatakan otoritas ibu kota telah mengambil tindakan hukum.
Sedangkan Menteri Dalam Negeri, Bruno Retailleau, menyebut aksi tersebut "keterlaluan" dan "sama sekali tidak dapat diterima".
Imam Masjid Agung Paris, Chems-Eddine Hafiz, mengecam apa yang disebutnya sebagai "aksi Islamofobia" itu sebagai "tahap baru dan menyedihkan dalam kebangkitan kebencian anti-Muslim".