RIAU24.COM - Nepal sedang bergejolak, dan ini tampak seperti pemberontakan kaum muda.
‘Jai Nepal’ tak hanya terdengar di jalanan ibu kota, Kathmandu, tetapi juga di seluruh negeri.
Amarah kaum muda memaksa Perdana Menteri KP Oli mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu.
Para menteri kabinet diseret ke jalanan; kemarahan publik ini tak menyisakan siapa pun.
Aksi ini dijuluki protes Gen Z, karena kaum muda memimpin protes terhadap larangan media sosial yang diberlakukan pemerintah.
Kemudian, aksi ini meluas menjadi protes yang lebih besar terhadap korupsi.
Berikut kronologi singkat protes Nepal:
Pada 4 September, Nepal mengumumkan larangan terhadap 26 platform media sosial karena gagal mendaftar dan secara resmi mematuhi norma-norma yang ditetapkan pemerintah.
Langkah ini diambil setelah upaya berulang kali mendesak perusahaan-perusahaan tersebut untuk mendaftar ke negara tersebut.
Pemerintah Nepal menyatakan hal ini untuk memastikan platform tersebut digunakan secara bertanggung jawab dan menginginkan akuntabilitas yang lebih tinggi.
Namun, jika dipikir-pikir kembali, tindakan ini dianggap sebagai penyensoran untuk memblokir kebebasan berbicara di negara Himalaya tersebut.
Klaim pemerintah
Pemerintah Nepal mengklaim bahwa pengguna media sosial mendaftar dengan identitas palsu untuk menyebarkan kebencian di negara tersebut, dan juga menyebut kejahatan siber sebagai salah satu faktornya.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa kerukunan telah terganggu akibat penggunaan media sosial sebagai alat.
Pandangan kaum muda
Kaum muda di negara itu tidak yakin dengan alasan pemerintah di balik pelarangan media sosial.
Larangan ini bermula sebagai protes terhadap pelarangan platform-platform tersebut, yang menurut mereka merupakan cara untuk menyensor suara-suara di negara itu.
Media sosial mungkin menjadi pemicunya, tetapi kerusuhan yang sedang berlangsung di Nepal saat ini adalah tentang korupsi dan kesenjangan ekonomi.
Pada 9 September, pemuda Nepal murka dan turun ke jalan, meneriakkan slogan-slogan menentang pemerintahan saat ini.
Properti pemerintah, kantor, dan rumah para menteri serta mantan menteri dirusak.
Para demonstran yang marah membakar semua yang ada di depan mata mereka.
Dari gedung parlemen hingga hotel bintang 5, tak ada yang luput.
Korban di kedua belah pihak
Setidaknya 19 pengunjuk rasa tewas ketika sekelompok besar orang bergerak dan melakukan vandalisme di negara itu.
Tiga petugas polisi yang bertugas untuk meredakan situasi juga tewas dalam aksi tersebut.
Istri mantan Perdana Menteri Nepal Jhalanath Khanal, Rajyalaxmi Chitrakar, meninggal dunia karena luka-lukanya setelah para pengunjuk rasa membakar kediaman mereka.
(***)