RIAU24.COM - Dalam sebuah langkah berani, Perplexity AI menawarkan Google $34,5 miliar pada hari Selasa untuk mengakuisisi peramban web Chrome yang banyak digunakan.
Raksasa teknologi ini kemungkinan terpaksa menjual aset ini sebagai bagian dari proses antimonopoli yang sedang berlangsung.
Jumlah yang ditawarkan, yang diuraikan dalam surat pernyataan minat, hampir dua kali lipat nilai estimasi Perplexity sendiri sebesar $18 miliar dari putaran pendanaan terbarunya.
"Proposal ini dirancang untuk memenuhi solusi antimonopoli demi kepentingan publik tertinggi dengan menempatkan Chrome pada operator yang cakap dan independen yang berfokus pada kontinuitas, keterbukaan, dan perlindungan konsumen," ujar CEO Perplexity, Aravind Srinivas, sebagaimana dilaporkan AFP.
Google saat ini tengah menunggu putusan Hakim Pengadilan Distrik AS Amit Mehta tentang potensi solusi setelah putusan penting tahun lalu yang menyatakan perusahaan raksasa teknologi itu mempertahankan monopoli ilegal dalam pencarian daring.
Apa tanggapan resmi Google?
Pengacara pemerintah AS telah mendesak Google untuk menjual peramban Chrome, sambil memperingatkan bahwa munculnya kecerdasan buatan dapat semakin memperkuat dominasinya sebagai gerbang utama internet.
Sementara itu, Google telah meminta pengadilan untuk menolak divestasi tersebut, dengan keputusan dari Mehta diperkirakan akan keluar pada akhir bulan ini.
Namun, Google belum mengeluarkan tanggapan resmi atas tawaran dari Perplexity AI.
Namun, analis di Baird Equity Research menolak proposal tersebut, dengan menyatakan bahwa proposal tersebut sangat meremehkan nilai Chrome dan tidak boleh dianggap serius.
Salah satu analis Baird berteori bahwa perusahaan rintisan AI tersebut mungkin mencoba mendorong pihak lain untuk mengajukan penawaran atau mempengaruhi keputusan yang tertunda dalam kasus antimonopoli, karena perusahaan tersebut sudah memiliki peramban yang bersaing dengan Chrome.
"Bagaimanapun, kami yakin Perplexity akan memandang Chrome yang independen atau yang tidak lagi berafiliasi dengan Google, sebagai keuntungan saat mencoba mengambil pangsa pasar browser," ujar analis Baird kepada para investor.
(***)