RIAU24.COM - Produsen mobil mewah Eropa, termasuk Porsche dan Aston Martin, menaikkan harga di AS untuk mengimbangi kenaikan biaya akibat tarif yang diberlakukan pemerintah AS.
Kenaikan ini menyusul kesepakatan dagang antara AS dan Eropa, yang menurunkan tarif menjadi 15 persen dari sebelumnya 27,5 persen, tetapi masih jauh lebih tinggi daripada tarif sebelumnya 2,5 persen.
Penyesuaian ini mendorong produsen mobil untuk membebankan biaya tambahan kepada konsumen, dengan Porsche menaikkan harga antara 2,3 persen dan 3,6 persen pada bulan Juli, menyusul pemangkasan target laba setahun penuh dan perkiraan kerugian sebesar $462 juta akibat tarif pada paruh pertama tahun ini.
CEO Porsche, Oliver Blume, mengakui tantangan global yang dihadapi perusahaan, dengan menyatakan, "Ini bukan badai yang akan berlalu," setelah melaporkan penurunan pendapatan dan laba yang signifikan.
Perusahaan juga telah mempertimbangkan untuk membangun pusat produksi di AS guna menghindari tarif, dengan alasan tantangan global yang sedang berlangsung dan berdampak pada sektor otomotif.
Beban tarif membebani Mercedes dan Porsche
Baik Porsche maupun Mercedes sama-sama terpukul keras oleh biaya tarif, yang berdampak signifikan pada kinerja keuangan mereka.
Mercedes-Benz, khususnya, melaporkan penurunan pendapatan sebesar 10 persen menjadi €33,15 miliar ($38,82 miliar) pada kuartal kedua tahun 2025, dengan laba bersih turun hampir 70 persen.
Perusahaan juga menurunkan proyeksi pendapatan tahun 2025, dengan alasan dampak tarif, persaingan, dan pergeseran permintaan konsumen, terutama di Tiongkok.
CFO Harald Wilhelm mengindikasikan bahwa tarif telah merugikan Mercedes ratusan juta euro, dengan beban keuangan yang diperkirakan akan semakin berat pada paruh kedua tahun ini.
Porsche juga mengalami dampak yang sama parahnya, karena perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 6,7 persen di semester pertama menjadi €18,2 miliar ($21,04 miliar).
Perusahaan melaporkan pengeluaran luar biasa, termasuk €400 juta ($462,4 juta) dari biaya tarif, yang mengakibatkan proyeksi penurunan laba atas penjualan menjadi 5-7 persen untuk tahun ini, turun dari 14,1 persen pada tahun 2024.
Kedua produsen mobil ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks akibat perubahan preferensi konsumen, terutama di Tiongkok, dan lambatnya adopsi kendaraan listrik (EV) di AS.
Perubahan dinamika pasar dan perilaku konsumen
Sementara produsen mobil mewah menyesuaikan strategi penetapan harga mereka untuk mengimbangi beban tarif, mereka juga bergulat dengan dinamika pasar yang terus berubah.
Di Tiongkok, tempat produsen mobil asing pernah mendominasi, merek lokal seperti BYD dan Xiaomi telah mendapatkan daya tarik di kalangan konsumen berkat fitur-fitur yang dirancang khusus dan harga yang kompetitif.
Pergeseran ini telah memengaruhi penjualan produsen mobil Eropa di kawasan tersebut.
Di AS, adopsi kendaraan listrik (EV) lebih lambat dari perkiraan, berdampak pada Porsche dan Mercedes, yang telah berinvestasi besar-besaran pada model EV.
Mercedes, misalnya, tidak lagi menerima pesanan untuk EV 2025-nya di AS, sementara Porsche menghadapi persediaan Taycan EV yang tinggi, yang menyebabkan diskon di dealer.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, baik Porsche maupun Aston Martin terus menaikkan harga di pasar AS, menandakan bahwa produsen mobil besar mungkin akan mengikuti langkah ini pada paruh kedua tahun ini untuk mengurangi tekanan finansial yang sedang berlangsung.
Tarif yang lebih tinggi, meskipun lebih rendah dari perkiraan awal, terus berdampak signifikan pada pasar mobil mewah, memaksa produsen untuk menyesuaikan strategi mereka guna menjaga profitabilitas.
(***)