Karhutla Sumbar Makin Ngeri! Pemkab Lima Puluh Kota Sumbar Kewalahan, Minta Hujan Buatan

R24/zura
Karhutla Harau Ngeri! Pemkab Lima Puluh Kota Sumbar Kewalahan, Minta Hujan Buatan. (screenshot/tvonenews.com)
Karhutla Harau Ngeri! Pemkab Lima Puluh Kota Sumbar Kewalahan, Minta Hujan Buatan. (screenshot/tvonenews.com)

RIAU24.COM -Kebakaran Hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat beberapa hari terakhir semakin memburuk. 

Ratusan hektare hutan dan lahan itu disebut dipicu akibat kemarau panjang. Karhutla ini masih terjadi dan meluas hingga 10 kecamatan dan 16 nagari yang ada di daerah tersebut. 

Kepala Badan Pelaksana BPBD Lima Puluh Kota, Rahmadinol mengatakan telah mengerahkan semua sumber daya dan peralatan yang ada ke lokasi. Namun, kondisi medan dan sulitnya air, menyebabkan proses pemadaman tidak bisa dilakukan secara maksimal.

"Kondisi kebakaran hutan dan lahan sudah semakin meluas, diperkirakan sudah mencapai 100 hektare lebih," kata Rahmadinol saat dihubungi Rabu (23/7).

Ia merinci, 10 kecamatan yang dilanda Karhutla itu adalah Kecamatan Harau, Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo Nagari, Akabiluru, Luak, Suliki, Pangkalan Koto Baru, Bukik Barisan, Mungka dan Guguak.

"Di 10 kecamatan itu ada 16 nagari yang terdampak," jelasnya.

Pihak Pemkab Lima Puluh Kota sudah menetapkan status tanggap darurat dari 17 hingga 30 Juli 2025 sesuai SK Bupati bernomor 300.2.3/156/BUP-LK/VII/2025.

"Penetapan tanggap darurat dilakukan agar penanganan bisa dilakukan secara tepat, cepat dan terpadu. Ini sekaligus mengantisipasi dampak bencana alam lebih luas, sehingga perlu penanganan kondisi saat ini," ungkapnya.

"Berdasarkan hasil kaji cepat tim di lapangan, perlu dilakukan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan ini," imbuhnya.

Lakukan Modifikasi Cuaca

Selain menetapkan status tanggap darurat, Pemkab Lima Puluh Kota juga sudah menyurati BMKG untuk melakukan hujan buatan atau TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca). Hujan buatan diminta sejalan dengan telah ditetapkannya status tanggap darurat tersebut.

"Berdasarkan hasil kaji cepat tim di Lapangan, perlu dilakukan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan ini," kata Rahmadinol.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Desindra Deddy Kurniawan membenarkan adanya permintaan hujan buatan tersebut.

(***) 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak