RIAU24.COM - Bank sentral Korea Selatan, Bank of Korea, telah memutuskan untuk membiarkan suku bunga acuannya tidak berubah di 2,5 persen, karena terus menavigasi lanskap ekonomi yang rumit yang ditandai dengan meningkatnya utang rumah tangga dan ketidakpastian seputar tarif AS.
Bank of Korea (BOK) mengumumkan keputusannya pada 10 Juli, memprioritaskan stabilitas keuangan di atas kekhawatiran pertumbuhan langsung.
Keputusan Bank of Korea datang pada saat kekhawatiran yang meningkat tentang pasar perumahan negara itu, terutama di Seoul dan daerah sekitarnya, di mana harga perumahan telah mengalami akselerasi yang signifikan.
Pada bulan Juni, harga rumah tahunan melonjak lebih dari 19 persen, menurut Goldman Sachs, mendorong pihak berwenang untuk menerapkan langkah-langkah yang bertujuan untuk mendinginkan pasar.
Utang rumah tangga yang meningkat drastis juga menjadi isu sentral bagi bank sentral.
Meskipun demikian, bank mencatat bahwa langkah-langkah baru-baru ini untuk mengatasi utang rumah tangga tampaknya memiliki efek stabilisasi pada pasar perumahan.
Namun, Direksi Komisi Koreksi mengakui bahwa risiko tetap ada, terutama dengan kekhawatiran yang masih berlangsung tentang volatilitas pasar valuta asing dan potensi dampak dari dinamika perdagangan global.
Perlambatan ekonomi dan tarif AS
Ekonomi Korea Selatan telah menghadapi hambatan dalam beberapa bulan terakhir, dengan pertumbuhan ekspor melambat dan aktivitas konstruksi melemah.
Selain itu, ketidakpastian seputar negosiasi perdagangan, khususnya dengan AS, telah menambah tekanan lebih lanjut.
Presiden Donald Trump telah mengancam akan mengenakan tarif 25 persen pada semua impor Korea Selatan mulai 1 Agustus jika pembicaraan perdagangan tidak berlangsung.
Ancaman tarif ini telah menambah kompleksitas lingkungan ekonomi yang sudah menantang.
Ke depan, para ekonom memperkirakan Bank of Korea mungkin cenderung untuk memangkas suku bunga akhir tahun ini, berpotensi pada bulan Agustus dan November, setelah efek dari langkah-langkah pendinginan pasar perumahan menjadi lebih jelas.
Namun, kekhawatiran atas utang rumah tangga yang tinggi diperkirakan akan meredam setiap langkah kebijakan yang agresif.
Karena Bank of Korea tetap waspada dalam menyeimbangkan pertumbuhan dan stabilitas keuangan, Bank of Korea akan terus memantau perkembangan domestik dan global dengan cermat, dengan memperhatikan bagaimana faktor-faktor ini memengaruhi inflasi dan sentimen ekonomi.
(***)