Pertamina Tandatangani MoU Dengan Raksasa Minyak ExxonMobil

R24/dev
Pertamina
Pertamina

RIAU24.COM - Perusahaan energi milik negara Indonesia, PT. Pertamina, telah menandatangani beberapa nota kesepahaman (MoU) dengan mitranya dari Amerika, seperti raksasa minyak ExxonMobil yang berbasis di Texas, sebagai pemanis dalam perundingan tarif yang sedang berlangsung.

Kedutaan Besar Indonesia di Washington, DC, mengumumkan pada hari Rabu bahwa anak perusahaan penyulingan minyak milik perusahaan tersebut, Kilang Petronas Internasional (KPI), telah menandatangani kesepakatan tersebut. KPI menandatangani nota kesepahaman dengan ExxonMobil, dan nota kesepahaman lainnya dengan KDT Global Resources, sebuah perusahaan perdagangan yang mengkhususkan diri dalam produk-produk energi. Perusahaan energi besar Amerika Chevron dan KPI juga menandatangani nota kesepahaman pada hari itu. 

Indonesia saat ini tengah berupaya meredakan kemarahan Presiden AS Donald Trump atas tarif setelah pemimpin Amerika tersebut mengancam akan mengenakan tarif sebesar 32 persen pada semua barang Indonesia mulai 1 Agustus. Ekonomi terbesar di Asia Tenggara tersebut telah mengusulkan untuk meningkatkan impor energinya dari AS.

Fadjar Djoko Santoso, Wakil Presiden Komunikasi Korporat di Pertamina, mengatakan kepada Jakarta Globe bahwa pakta tersebut terkait dengan "optimalisasi bahan baku atau minyak mentah untuk ketahanan energi nasional".

“Kami juga sedang menjajaki kemungkinan kerja sama lain terkait investasi hilirisasi kilang,” ujar Fadjar melalui pesan teks. 

Namun, Fadjar belum bisa menyebutkan nilai nota kesepahaman tersebut. Ia mengatakan, sejauh ini nota kesepahaman tersebut baru berupa kesepakatan umum. Ia menambahkan, "Jadi belum ada angka pastinya."

Menurut kedutaan, Pertamina bukan satu-satunya perusahaan Indonesia yang berhasil membawa pulang sejumlah kesepakatan baru dengan perusahaan Amerika.

Produsen gandum Indonesia dan US Wheat Associates telah bergabung pada hari itu. Produsen produk turunan pati, Sorini Agro Asia Corporindo, dan raksasa makanan Cargill menandatangani nota kesepahaman terkait pembelian jagung.

Ada surat antara Asosiasi Promosi Ekspor, Cotton Council International, dan Asosiasi Tekstil Indonesia. Terakhir, ada nota kesepahaman antara perusahaan makanan Indonesia FKS Group dan Zen-Noh Grain Corp yang berpusat di New Orleans tentang pembelian kedelai dan bungkil kedelai. Kedutaan tidak memberikan rincian masing-masing kemitraan.

Pimpinan ExxonMobil Indonesia, Wade Floyd, mengatakan bahwa perusahaannya bangga dapat mendukung kebutuhan energi Indonesia.

"Kami memiliki pengalaman puluhan tahun, kemampuan pasokan global, dan komitmen jangka panjang untuk menjadi mitra energi tepercaya," ujar Floyd seperti dikutip dalam pernyataan pers kedutaan.

Indonesia telah mengirimkan kepala negosiatornya, Airlangga Hartarto, ke Washington, DC, untuk bertemu dengan tim Trump, termasuk Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Sebelum kunjungannya, Airlangga mengumumkan bahwa Indonesia berencana menandatangani serangkaian Nota Kesepahaman (MoU) senilai hingga $34 miliar dengan mitra bisnis Amerika, termasuk impor energi senilai $15,5 miliar.

Ini juga mencakup rencana investasi yang melibatkan dana pemerintah Danantara dan badan usaha milik negara, serta beberapa impor produk pertanian. Juru bicara Airlangga, Haryo Limanseto, menolak menjelaskan lebih lanjut mengenai nota kesepahaman yang baru ditandatangani oleh Pertamina dan perusahaan-perusahaan lainnya, termasuk total nilai pakta tersebut.

"Ini adalah kesepakatan bisnis-ke-bisnis. Kami [pemerintah] di sini hanya untuk mendorong perusahaan-perusahaan menjalin kemitraan dengan AS. … Kami juga telah diberitahu bahwa [mitra Amerika] merasa tidak nyaman jika kami mengungkapkan detail seperti volume [pembelian]," kata Haryo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.  ***

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak