RIAU24.COM - Meskipun Korea Utara membuka resor tepi laut baru untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan ekonomi negara, tanpa wisatawan asing, rencana Kim Jong-un tidak akan berhasil.
Pemimpin Korea Utara berharap suatu hari nanti, dengan uang hasil pariwisata, hal tersebut dapat mengimbangi sanksi finansial yang memberatkan.
Awal minggu ini pada hari Kamis, sekelompok keluarga Korea Utara berkumpul di pantai indah sepanjang 2,5 mil di pantai timur tengahnya, menurut media pemerintah
"Kegembiraan dan optimisme para wisatawan meluap di mana-mana, dan nyanyian kebahagiaan bergema di jendela-jendela penginapan yang terang," kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara.
Resor Wonsan Kalma, yang dapat menampung 20.000 orang, dibuka untuk menarik wisatawan asing, kata Kim saat istri dan putrinya menghadiri upacara pada akhir Juni setelah resor tersebut dibangun.
Namun, rencana Kim tidak berjalan sesuai rencananya.
Media pemerintah Korea Utara merilis foto-foto keluarga Korea Utara yang sedang mandi, bermain ski, dan menaiki seluncuran air di resor tersebut.
Namun, tidak ada wisatawan asing.
Menurut pejabat Korea Selatan, wisatawan Rusia diperkirakan akan mengunjungi pantai tersebut selama musim panas, namun jumlah pengunjung akan lebih sedikit karena terbatasnya pilihan transportasi di Korea Utara dan kondisi jalan yang buruk.
Baru-baru ini, kunjungan ratusan wisatawan Rusia menunjukkan hubungan baik antara kedua negara setelah Korea Utara memasok personel dan persenjataan yang sangat dibutuhkan untuk membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Namun, untuk Tiongkok, warga negaranya masih belum diizinkan bepergian ke Korea Utara.
Tiongkok khawatir Korea Utara akan membangun hubungan dengan Rusia, yang dapat mengurangi pengaruhnya terhadap Pyongyang yang tidak kooperatif.
Kim telah mempromosikan pariwisata setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa memberlakukan sanksi berat pada tahun 2017, yang melarang semua ekspor utama Korea Utara, termasuk batu bara dan tekstil.
Sanksi tersebut diumumkan untuk menghilangkan sumber daya Korea Utara dalam memperoleh mata uang asing untuk membiayai program nuklir dan misilnya.
(***)