RIAU24.COM - Setelah perang selama 12 hari dengan Israel, Iran sekali lagi mengeluarkan peringatan keras kepada Benjamin Netanyahu saat Republik Islam bersiap menghadapi kemungkinan serangan.
Mayor Jenderal Angkatan Bersenjata Teheran Abdolrahim Mousavi mengatakan bahwa Iran telah menyiapkan balasan yang tegas terhadap serangan apa pun di masa mendatang.
Menurut kantor berita Tasnim, komandan tersebut mengatakan rencana pembalasan, yang sejalan dengan arahan Khamenei, sudah siap tetapi tidak dilaksanakan karena gencatan senjata.
"Jika mereka menyerang Iran lagi, mereka akan melihat apa yang mampu kami lakukan," kata Mousavi seperti dikutip oleh kantor berita negara tersebut.
Mousavi lebih lanjut mengatakan bahwa respons Iran terhadap serangan baru apa pun akan melumpuhkan Israel hingga ke titik di mana bahkan Amerika Serikat mungkin tidak dapat menyelamatkan Netanyahu.
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah perang 12 hari Israel-Iran, yang kemudian diikuti oleh serangan AS ke situs nuklir Republik Islam tersebut.
Iran telah memulai program nuklir di lokasi berbeda?
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat (4 Juni) bahwa Iran tidak setuju untuk memeriksa program nuklirnya atau bahkan menghentikan pengayaan uranium.
Mengacu pada laporan tentang Air Force One, dalam perjalanan ke New Jersey, Trump mengatakan program nuklir Teheran telah dihentikan secara permanen setelah perang Israel-Iran, tetapi Republik Islam tersebut dapat memulainya di lokasi yang berbeda.
"Saya akan katakan bahwa itu akan menjadi kemunduran permanen," kata Trump saat ia melakukan perjalanan ke New Jersey setelah perayaan Hari Kemerdekaan di Gedung Putih.
"Saya kira mereka harus memulai di lokasi yang berbeda. Dan jika mereka benar-benar memulainya, itu akan menjadi masalah," tambahnya.
Seorang ulama terkemuka Iran menyebut Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai ‘musuh Tuha’ dalam fatwa (keputusan Islam) yang baru dikeluarkan.
Ayatollah Agung Iran Naser Makarem Shirazi mengeluarkan fatwa tersebut sembari mendesak umat Muslim di seluruh dunia untuk mengambil tindakan.
Fatwa tersebut menyatakan bahwa siapa pun yang mengancam atau menyerang kepemimpinan dan otoritas komunitas Islam dianggap sebagai panglima perang atau penjahat mohareb.
Mohareb adalah istilah yang digunakan dalam hukum Iran untuk orang yang berperang melawan Tuhan.
"Setiap orang atau rezim yang mengancam atau menyerang kepemimpinan dan otoritas untuk merugikan Umat Islam dan kedaulatannya dianggap sebagai panglima perang," kata Ayatollah Makarem dalam fatwanya.
Ia mengatakan bahwa segala bentuk dukungan atau kerja sama dengan tokoh-tokoh tersebut dilarang bagi umat Islam.
Ia menekankan, “umat Islam global perlu untuk membuat Trump dan Netanyahu menyesali kata-kata dan kesalahan mereka.”
Ulama tersebut juga menambahkan mereka akan diberi pahala sebagai ‘mujahid fi sabilillah’ karena dinilai telah berjuang di jalan Allah.
(***)