RIAU24.COM - China">China telah mengeluarkan peringatan keras bahwa mereka akan membalas jika kepentingan mereka terancam oleh perjanjian perdagangan yang baru saja dirampungkan antara Amerika Serikat dan Vietnam, yang menggarisbawahi meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington saat kedua negara itu mengkalibrasi ulang rantai pasokan global mereka.
Komentar yang disampaikan dalam jumpa pers di Beijing tersebut mencerminkan kekhawatiran mendalam China bahwa AS sedang melakukan perjanjian perdagangan di seluruh Asia yang dirancang untuk mengekang pengaruh ekonominya.
Menurut Bloomberg, Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima jika dikesampingkan di kawasan tersebut tanpa memberikan tanggapan.
Beijing memberi sinyal penolakan kuat
Pada pengarahan hari Kamis, He Yongqian, juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, mengatakan Beijing sedang meninjau secara saksama rincian kesepakatan AS-Vietnam untuk menilai apakah kesepakatan itu merugikan kepentingan komersial Tiongkok.
"Kami senang melihat semua pihak menyelesaikan konflik perdagangan dengan AS melalui negosiasi yang setara, tetapi dengan tegas menentang pihak mana pun yang membuat kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan Tiongkok," kata He, seperti dilansir Bloomberg.
Ia menambahkan bahwa jika perjanjian tersebut terbukti merugikan Tiongkok, negara tersebut akan melakukan serangan balik yang tegas untuk melindungi hak dan kepentingan sahnya sendiri, meskipun ia tidak menyebutkan bentuk tindakan balasan apa yang akan diambil.
Apa isi kesepakatan AS–Vietnam?
Peringatan itu muncul beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang baru dengan Vietnam yang mencakup tarif 40 persen atas barang-barang yang diduga diangkut melalui negara itu untuk menghindari tarif AS yang berlaku atas produk-produk buatan China.
Menurut Bloomberg, pemerintahan Trump telah menargetkan praktik ini, di mana perusahaan-perusahaan memindahkan produk-produk buatan China ke Vietnam, memberi label ulang, dan kemudian mengirimkannya ke AS untuk menghindari tarif, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengurangi defisit perdagangan Amerika dengan China.
Trump bersikeras bahwa struktur tarif baru sangat penting untuk menghentikan apa yang ia gambarkan sebagai praktik perdagangan tidak adil dan untuk memastikan bahwa tarif yang dikenakan pada China tidak dapat dielakkan begitu saja melalui Vietnam.
Kekhawatiran perdagangan Tiongkok yang lebih luas
Bloomberg mencatat bahwa reaksi Beijing mencerminkan kecemasan yang lebih luas tentang upaya AS untuk membangun rantai pasokan alternatif di Asia, jauh dari China.
Washington telah membuat atau sedang merundingkan serangkaian perjanjian perdagangan dengan negara-negara di seluruh Indo-Pasifik, yang bertujuan untuk mendiversifikasi basis manufaktur dan mengurangi ketergantungan strategis pada China, terutama untuk teknologi penting dan barang-barang industri.
Strategi ini telah membuat marah pejabat China, yang melihatnya sebagai upaya untuk mengisolasi China secara ekonomi dan menahan kebangkitannya.
Komentar terbaru Kementerian Perdagangan merupakan kelanjutan dari garis keras Beijing, yang mengisyaratkan bahwa setiap kesepakatan yang mengancam arus perdagangan Cina akan ditanggapi dengan respons.
Ketegangan perdagangan lainnya juga meningkat
Otoritas perdagangan Tiongkok juga menanggapi pokok bahasan lain yang diperdebatkan pada hari Kamis.
Ketika ditanya tentang penyelidikan antidumping yang sedang berlangsung terhadap impor brendi Uni Eropa, Kementerian Perdagangan mengatakan akan mengeluarkan keputusan akhir dalam beberapa hari mendatang.
Investigasi tersebut secara luas dipandang sebagai tindakan balasan terhadap langkah UE untuk mengekang ekspor kendaraan listrik China, sebuah tanda bahwa Beijing bersedia menggunakan kebijakan perdagangan sebagai pengaruh di berbagai bidang.
Momen yang rapuh bagi perdagangan global
Menurut Bloomberg, peringatan China atas kesepakatan AS-Vietnam menyoroti betapa rapuhnya lingkungan perdagangan global.
Sementara Washington dan mitranya berusaha mengamankan rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan berlebihan pada China, Beijing memandang langkah-langkah ini sebagai tantangan langsung terhadap kepentingan ekonominya dan menjanjikan pembalasan jika yakin negara itu sengaja dikucilkan.
Retorika yang meningkat menggarisbawahi risiko ketegangan perdagangan lebih lanjut dan tindakan balasan yang dapat membebani perdagangan global, mengguncang pasar, dan memperumit hubungan diplomatik hingga melampaui Asia.
(***)