RIAU24.COM - Kepala negosiator militan Palestina Hamas mengatakan pada hari Kamis (5 Juni) bahwa kelompok itu siap untuk putaran negosiasi baru untuk mencapai gencatan senjata permanen dengan Israel di Gaza.
"Kami menegaskan kembali bahwa kami siap untuk putaran negosiasi serius baru yang bertujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen," kata kepala negosiator Hamas Khalil al-Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi, menurut AFP.
Ia menambahkan bahwa Hamas sedang menghubungi para mediator.
Sebelumnya pada tanggal 30 Mei, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia yakin kesepakatan gencatan senjata di Gaza dengan imbalan pembebasan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas sudah sangat dekat.
Bulan lalu, perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tampaknya mengalami kemajuan menyusul diskusi yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir.
Namun, kedua belah pihak saling menuduh telah menggagalkan usulan yang didukung AS.
Hayya menegaskan kembali pendirian Hamas bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus disalahkan atas kebuntuan tersebut.
Ia menambahkan bahwa langkahnya tidak ditujukan untuk menolak usulan terbaru Witkoff, tetapi untuk mengajukan tuntutan jaminan tidak akan dimulainya kembali permusuhan setelah pembebasan sandera oleh kelompok tersebut.
Sementara itu, Israel menegaskan bahwa mereka tidak mencegah warga Gaza mengumpulkan bantuan.
Namun, menyusul insiden pada hari Selasa (3 Juni), juru bicara militer Effie Defrin mengatakan bahwa tentara telah menembaki tersangka yang mendekat dengan cara yang membahayakan pasukan.
“Insiden tersebut sedang diselidiki,” tambahnya.
Jenazah sandera dikembalikan ke Israel
Pada hari Kamis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa jenazah dua warga negara Amerika-Israel yang terbunuh pada tanggal 7 Oktober, Judy Weinstein Haggai dan Gad Haggai, telah ditemukan dan dikembalikan ke Israel setelah operasi khusus di Gaza.
Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa kepulangan mereka adalah pengingat nyata akan kekejaman yang tak kunjung berakhir yang dihadapi oleh keluarga-keluarga sandera yang masih berada di Gaza.
Selama serangan Oktober 2023, Hamas menculik 251 sandera, 55 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 32 yang telah meninggal, menurut AFP.
(***)