RIAU24.COM - Rusia mengkritik langkah sekutu Ukraina di Eropa untuk mencabut pembatasan terhadap Kyiv terkait peluncuran rudal jarak jauh ke Rusia.
Hal ini terjadi setelah Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa tidak ada lagi pembatasan jangkauan pada senjata yang dipasok ke Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam tindakan tersebut dengan mengatakan bahwa pencabutan larangan rudal jarak jauh bagi Ukraina cukup berbahaya, demikian dilaporkan kantor berita TASS.
“Jika keputusan semacam itu diambil, maka itu akan bertentangan dengan aspirasi kami untuk mencapai penyelesaian politik dan upaya yang dilakukan dalam kerangka penyelesaian tersebut,” katanya.
Pada bulan September tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa mencabut segala pembatasan terhadap senjata jarak jauh Barat untuk menyerang wilayah Rusia akan berarti perang dengan NATO.
Putin mengancam bahwa Moskow akan menganggap setiap serangan yang didukung oleh kekuatan nuklir sebagai serangan gabungan, seraya menambahkan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan dengan rudal konvensional.
Pada hari Senin (26 Mei), Merz mengatakan, “Tidak ada lagi pembatasan jangkauan pada senjata yang dipasok ke Ukraina. Baik dari Inggris, Prancis, maupun dari kami. Tidak juga dari Amerika.”
"Dengan kata lain, Ukraina kini dapat mempertahankan diri, bahkan dengan menyerang posisi militer di Rusia, misalnya. Ukraina tidak dapat melakukan itu hingga beberapa waktu lalu. Dengan sedikit pengecualian, Ukraina juga tidak melakukannya hingga beberapa waktu lalu," jelasnya.
Kanselir Jerman mengklarifikasi pernyataannya, yang ditafsirkan sebagai pengumuman kebijakan baru, dengan mengatakan, hal ini telah terjadi selama berbulan-bulan.
Hal ini terjadi menyusul serangan rudal dan pesawat tak berawak besar-besaran oleh Rusia terhadap Ukraina pada akhir pekan.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump tampaknya mengubah pendiriannya terhadap Rusia dengan menyebut Putin ‘benar-benar GILA’ menyusul serangan Rusia terhadap Ukraina.
Presiden AS tersebut juga mengancam akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.
(***)