Perlu Diwaspadai Meski Bersifat Jinak, Ini Penyebab Kista Ovarium Sejak Remaja

R24/riz
Kista Ovarium
Kista Ovarium

RIAU24.COM Kista ovarium merupakan kondisi yang cukup umum dialami oleh wanita, terutama pada usia reproduktif. Meski sebagian besar bersifat jinak, kista tetap perlu diwaspadai karena dapat memengaruhi kesehatan reproduksi bila tak ditangani sejak dini. 

Mengutip dari laman Kemenkes, kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam atau di permukaan indung telur (ovarium). 

Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala, namun bisa berkembang menjadi lebih besar dan menyebabkan nyeri perut, gangguan menstruasi, hingga komplikasi bila dibiarkan.

Menurut dr. Rizki Azaria, MMR, sebagian besar kista yang muncul pada remaja bersifat fungsional, artinya terbentuk sebagai bagian dari siklus menstruasi yang normal. 

Baca Juga: Fenomena Hipogami, Perempuan Sukses Turun Kelas Nikahi Pria Biasa

Dua jenis kista fungsional yang umum dijumpai adalah kista folikuler dan kista korpus luteum. 

“Kista jenis ini biasanya muncul akibat ketidakseimbangan hormon, terutama antara estrogen dan progesteron,” ujar dr. Rizki, Selasa (27/5). 

Kendati begitu, ada pula kista patologis seperti endometrioma, dermoid atau kistadenoma yang perlu diawasi lebih ketat.

Sebabnya indung telur mulai aktif sejak pubertas, remaja putri yang sudah haid memang dapat mengalami kista, meski sebagian besar tetap jinak.

Meski faktor hormonal menjadi pemicu utama, gaya hidup remaja juga ikut berperan dalam meningkatkan risiko terbentuknya kista, terutama jenis yang patologis atau tidak berkaitan langsung dengan siklus haid. 

Beberapa faktor gaya hidup dan kebiasaan yang bisa memengaruhi antara lain: 

1. Obesitas 

Kelebihan berat badan dapat mengganggu keseimbangan hormon dan meningkatkan risiko terbentuknya kista. 

2. Kebiasaan merokok 

Zat beracun dalam rokok dapat memengaruhi fungsi ovarium dan meningkatkan risiko kista serta gangguan reproduksi lainnya. 

3. Konsumsi makanan tinggi lemak trans 

Diet tinggi lemak jenuh dan rendah serat dapat memicu peradangan serta gangguan hormonal. 

Kurang aktivitas fisik 

Pola hidup sedentari juga berdampak pada metabolisme hormon dan berat badan. 

Selain itu, riwayat keluarga juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami kista ovarium atau kanker ovarium dan payudara, risiko seseorang untuk mengalami kista bisa lebih tinggi. 

Gejala yang perlu diwaspadai Kista ovarium berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan keluhan. Namun, bila ukurannya membesar, bisa muncul beberapa gejala berikut: 

1. Nyeri di perut bagian bawah, terutama saat atau menjelang haid 

2. Perubahan siklus menstruasi menjadi tidak teratur 

3. Perut kembung atau terasa penuh 

4. Gangguan pencernaan ringan seperti cepat kenyang 

“Kalau ada seseorang yang mengalami nyeri perut hebat, terutama sesaat sebelum atau selama awal menstruasi, sebaiknya dilakukan USG untuk melihat apakah ada kista atau tidak,” ujar dr. Rizki. 

Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi kista secara dini dan menentukan penanganan yang tepat. 

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah kista ovarium, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risikonya, antara lain: 

Baca Juga: Ini Risiko Jangka Panjang Mengonsumsi Minyak Babi

1. Menjaga berat badan ideal 

2. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang 

3. Menghindari rokok dan makanan olahan tinggi lemak trans 

4. Rutin berolahraga 

5. Memantau siklus menstruasi secara teratur 

6. Melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala 

“Selama kista ditangani dengan baik, insya Allah tidak berbahaya,” kata dr. Rizki. 

“Yang penting, kita peka terhadap kondisi tubuh dan tidak ragu untuk memeriksakan diri bila ada gejala yang mencurigakan," pesannya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak