RIAU24.COM - Pemerintahan Donald Trump di AS pada hari Jumat (23 Mei) mencabut kelayakan Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa internasional.
Keputusan tersebut membuat masa depan ribuan mahasiswa asing menjadi tidak pasti.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem memerintahkan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) untuk menghentikan sertifikasi Program Mahasiswa dan Pengunjung Pertukaran (SEVP) Universitas Harvard.
Ia menyatakan bahwa merupakan hak istimewa, bukan hak, bagi universitas untuk menerima mahasiswa asing.
DHS menuduh pimpinan Harvard menciptakan lingkungan kampus yang tidak aman dengan mengizinkan agitator anti-Amerika dan pro-teroris untuk melecehkan dan menyerang secara fisik individu, termasuk banyak mahasiswa Yahudi.
DHS juga mengatakan bahwa Harvard belum memberikan rincian mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan teroris dan tindakan terhadap Universitas ini membuat mereka bertanggung jawab atas tindakannya yang mendorong kekerasan, antisemitisme, dan berkoordinasi dengan Partai Komunis Tiongkok di kampusnya.
Menurut Canadian Press, ada 686 mahasiswa Kanada yang terdaftar di Harvard, menurut angka tahun 2022 di situs webnya.
Di antara mahasiswa tersebut adalah Cleo Carney, putri Perdana Menteri Kanada Mark Carney, yang baru saja menyelesaikan tahun pertamanya di Harvard. Ia adalah mahasiswa sarjana di program efisiensi sumber daya.
Mahasiswa terkenal lainnya yang terjebak dalam ketidakpastian adalah Putri Elisabeth dari Belgia.
Ia adalah pewaris takhta Belgia dan baru saja menyelesaikan tahun pertamanya dalam program magister kebijakan publik selama dua tahun di Harvard Kennedy School. Saat ini, ia berada di Belgia.
"Putri Elisabeth baru saja menyelesaikan tahun pertamanya. Dampak dari keputusan (pemerintahan Trump) akan semakin jelas dalam beberapa hari atau minggu mendatang. Saat ini kami sedang menyelidiki situasi tersebut," kata juru bicara Istana Kerajaan Belgia, Lore Vandoorne.
"Saat ini kami sedang menganalisisnya dan akan membiarkan semuanya berjalan lancar. Masih banyak yang bisa terjadi dalam beberapa hari dan minggu mendatang," tambah direktur komunikasi Istana, Xavier Baert.
(***)