3 Kebiasaan yang Bisa Merusak Otak di Usia Muda

R24/dev
3 Kebiasaan yang Bisa Merusak Otak di Usia Muda
3 Kebiasaan yang Bisa Merusak Otak di Usia Muda

RIAU24.COM - Otak adalah organ yang memiliki fungsi sangat penting di dalam tubuh. Agar dapat bekerja dengan baik, organ ini butuh aliran darah yang lancar dan asupan nutrisi berkualitas, seperti vitamin, mineral, glukosa, dan antioksidan. Sebaliknya, kesehatan otak bisa terganggu jika terbiasa menjalani kebiasaan atau pola hidup yang kurang sehat.

Ahli neurologi dari University of Michihan, Baibing Cheng membagikan tiga hal yang ia sesali pernah lakukan di usia muda, sekaligus memberikan peringatan agar generasi saat ini tak mengulang kesalahan yang sama. Pasalnya, kebiasaan tersebut bisa merusak otak. Dikutip dari CNBC, berikut penjelasannya.

1. Minum Soda Setiap Hari
Saat remaja, Cheng terbiasa minum satu hingga dua kaleng soda setiap hari setelah sekolah, ditambah dengan camilan manis. Kala itu, ia belum mengetahui soal dampak gula berlebih terhadap kesehatan.

Padahal, penelitian menunjukkan, mengonsumsi makanan tinggi gula berkontribusi terhadap resistensi insulin, peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, peradangan kronis, hingga penurunan kognitif.

Asupan gula yang berlebihan dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko demensia, termasuk penyakit alzheimer.

2. Mendengarkan Musik Terlalu Keras
Kebiasaan lain yang disesal Cheng adalah mendengarkan musik dengan volume sangat keras melalui earphone. Kebiasaan ini dapat merusak sel-sel rambut di koklea yang tak bisa beregenerasi, menyebabkan gangguan pendengaran, tinitus (telinga berdenging), hingga gangguan suasana hati seperti depresi dan kecemasan.

Riset juga menunjukkan adanya kaitan antara gangguan pendengaran dan penurunan fungsi kognitif, karena otak harus bekerja ekstra keras untuk memproses suara.

Kini, ia membatasi volume hanya sampai 60 persen dan tak lebih dari 60 menit per hari.

3. Pola Tidur yang Buruk
Cheng mengaku sering menghabiskan banyak malam untuk begadang menonton TV atau bermain game. Saat itu dirinya tak mengerti pentingnya tidur. Padahal, durasi dan kualitas tidur sangat penting bagi kesehatan otak.

Tidur memegang peran kunci dalam konsolidasi memori, pemrosesan emosi, dan pembersihan limbah dari otak. Sebagai dokter, Cheng tak selalu bisa tidur cukup karena tuntutan pekerjaan. Ia memperjuangkan perubahan di dunia medis agar para tenaga kesehatan bisa mendapatkan waktu tidur yang layak.

Perubahan struktural jangka panjang pada otak dapat menimbulkan konsekuensi yang bertahan lama. Namun, beberapa dampak kognitif dan perilaku yang terkait dengan kurang tidur dapat diatasi dengan memperbaiki kebiasaan tidur. ***

 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak